Laporan Khas Wawancara

Fasilitas Belajar Kampus: Manakah Yang Dipilih Mahasiswa di Tengah Keterbatasan Akses, Perpustakaan Yang Nyaman atau Student Area Yang Fleksibel?

Oleh : Tasya Rahayu Azizi, Farida Aini, Rania Nur Nasywa

Gedung Perpustakaan Mohammad Hatta

Prasarana kampus bukan sekedar bangunan fisik semata, melainkan denyut nadi yang memegang peranan penting dalam menunjang aktivitas sivitas akademika, pegawai, terutama mahasiswa. Salah satu fasilitas yang krusial adalah ruang yang memungkinkan mahasiswa untuk melakukan segala aktivitas yang menunjang akademiknya seperti belajar, membaca, dan mengerjakan tugas baik secara mandiri maupun berkelompok. Universitas Islam Indonesia (UII) memahami hal tersebut dengan menyediakan sarana melalui perpustakaan dan student area sebagai wadah mahasiswa dalam melakukan kegiatannya. Namun, di tengah perbedaan suasana, fasilitas dan kebijakan akses malam hari, mahasiswa dihadapkan pada pilihan: kenyamanan perpustakaan yang teratur atau fleksibilitas student area yang lebih terbuka, manakah yang lebih mendukung kebutuhan aktivitas kegiatan dan belajar mereka?


UII Yogyakarta – Penyediaan prasarana belajar oleh kampus menjadi bagian krusial dalam mendukung aktivitas mahasiswa. Universitas Islam Indonesia (UII) memiliki dua fasilitas utama yang disediakan dan sering digunakan oleh mahasiswa di kampus, yaitu perpustakaan di Gedung Mohammad Hatta dan student area yang tersebar di beberapa titik kampus, seperti Student Area di FPSB dan Student Area FMIPA atau yang lebih dikenal sebagai Learning Space FMIPA. Keberadaan kedua fasilitas tersebut kerap dimanfaatkan oleh mahasiswa, terkhusus mahasiswa FAPSI dan FISB sebagai wadah belajar, berdiskusi, maupun menyelesaikan tugas serta aktivitas lainnya. Meski memiliki fungsi serupa, suasana dan tingkat pemanfaatannya menunjukkan kecenderungan yang berbeda.

Perpustakaan UII terdiri dari empat lantai, yaitu LG, UG, lantai 1, dan lantai 2 dengan fasilitas yang lengkap, mulai dari meja, kursi, tempat duduk lesehan, ac, hingga toilet bersih dan mushola di setiap lantainya demi menunjang produktivitas mahasiswa di dalam satu atap yang sama dan serba ada. Pada koridor masuk juga tersedia mesin penjual otomatis untuk makanan ringan dan minuman botol, serta mesin penyeduh minuman hangat untuk kopi, cokelat, dan matcha. Meski demikian, aturan larangan makan dan jam tutup pada pukul 21.00 WIB menjadi batasan yang perlu diperhatikan mahasiswa.

Sementara itu, student area hadir sebagai ruang yang lebih terbuka dan fleksibel, meski dengan fasilitas yang lebih terbatas. Pada FMIPA, Learning Space menyediakan mesin penjual minuman otomatis yang berada di lokasi strategis, yaitu di dekat gerbang Jalan Nglanjaran, sehingga akan masih dijumpai mahasiswa di sana meski gerbang telah ditutup. Adapun student area yang tersebar di selasar perpustakaan, gedung FAPSI, dan gedung FISB yang memungkinkan mahasiswa untuk mengaksesnya selama 24 jam dengan syarat memarkirkan kendaraan di luar portal atau gerbang kampus.

Student Area di Gedung FAPSI dan FISB

Dari hasil wawancara memperlihatkan perbedaan preferensi dari sejumlah mahasiswa, mayoritas menyatakan lebih memilih perpustakaan sebagai ruang belajar. Tiga mahasiswa dari jurusan Pendidikan Agama Islam menilai bahwa student area cenderung ramai dan kurang kondusif, sementara perpustakaan terasa lebih tenang dan dekat dengan gedung fakultas mereka. Mahasiswa Hubungan Internasional juga menyebut kenyamanan sofa, sejuknya ruangan, dan fasilitas bersih sebagai alasan utama memilih belajar di Perpustakaan. “Ada sofa yang empuk dan ruangan ber-AC, jadi suasananya lebih sejuk dan tenang,” kata Audin, Indah, Januarta, dan Haya.

Namun tidak semua memiliki pandangan yang sama, mahasiswa dari Psikologi dan Ilmu Komunikasi menunjukkan preferensi yang berbeda. Rani, seorang mahasiswa Psikologi, lebih menyukai perpustakaan karena suasananya yang tenang dan akses ke sumber belajar lebih mudah. Sementara Kania, seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, memilih student area dikarenakan suasananya yang ramai dan memungkinkan bertemu banyak teman. Namun keduanya sepakat bahwa tempat untuk membaca dan fokus belajar, perpustakaan lebih mendukung dibandingkan dengan student area yang lebih cocok digunakan untuk bersosialisasi dan menunggu kelas.

Kemudian mahasiswa Statistika FMIPA ternyata lebih sering belajar di student area atau Learning Space FMIPA dibanding belajar di perpustakaan karena lokasinya dekat dengan kelas dan parkiran. Meski mereka mengakui bahwa perpustakaan lebih nyaman untuk membaca dan beristirahat, efisiensi akses membuat Learning Space FMIPA lebih sering digunakan untuk aktivitas ringan seperti ngobrol bersama teman dan mengerjakan tugas. Mereka juga mengusulkan agar tempat tersebut lebih ditingkatkan seperti penambahan stop kontak, kipas atau AC, tempat duduk, serta peninggian dinding agar tidak terkena hujan. Lahan kosong di sekitar Student Area juga diharapkan bisa dimanfaatkan untuk perluasan area belajar.

Learning Space FMIPA

 

Lain halnya dengan yang dikatakan petugas keamanan atau satpam yang berjaga di area perpustakaan, beliau mengungkapkan bahwa suasana kenyamanan fasilitas kampus terkhusus perpustakaan juga dipengaruhi oleh mahasiswanya sendiri. Hal tersebut terjadi karena masih ada mahasiswa yang tidak menjaga lingkungan di perpustakaan dan melanggar aturan, seperti membawa makanan ke lantai atas atau memarkir kendaraan di area yang tidak semestinya. Teguran lisan menjadi bentuk penanganan yang umum dilakukan. “Harapannya agar mahasiswa merasa malu dan tidak mengulangi pelanggaran,” ujar Rokiban, satpam perpustakaan.

Namun, ditengah dua fasilitas belajar kampus tersebut, terdapat beberapa keterbatasan akses bagi mahasiswa untuk menggunakannya. Salah satunya adalah kebijakan jam malam kampus. Kebijakan jam tutup operasional perpustakaan hingga pukul 21.00 WIB diterapkan sebagai bentuk pengaturan aktivitas malam hari di kampus, yang memiliki batas aktivitas malam sampai jam 22.00 WIB. Meski tidak sepenuhnya membatasi, aturan ini menjadi salah satu alasan mahasiswa memilih student area sebagai alternatif ruang belajar di malam hari. Menurut staf tetap perpustakaan, Teguh Prasetya Utomo, mengatakan bahwa jam operasional tersebut ditetapkan pasca-pandemi untuk menyesuaikan dengan batas lembur karyawan dan mobilisasi mahasiswa yang tinggal jauh dari kampus. Sebelum pandemi, perpustakaan sempat beroperasi hingga pukul 22.00 WIB.

Sisi lain, satpam yang berjaga malam di UII dan bertugas di portal dekat Jalan Nglanjaran, seperti  Dukindo, Nurdiyanto, dan Hartono berkata bahwa kebijakan jam malam kampus yang berlaku hingga pukul 22.00 WIB bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan kampus. Mahasiswa tetap diperbolehkan belajar di kampus, terutama di Learning Space FMIPA, namun kendaraan harus diparkir di luar portal. Jika ada kegiatan formal yang berlangsung melebihi jam malam, mahasiswa wajib mengajukan surat izin ke fakultas masing-masing. Sehingga, kebijakan ini tidak mengganggu kegiatan formal mahasiswa apabila melebihi jam malam karena mereka tetap diperbolehkan jika sudah mendapatkan surat izin dan diserahkan kepada satpam shift malam.

Pada akhirnya, baik perpustakaan maupun student area menjadi saksi bisu dari semangat belajar mahasiswa. Mahasiswa berharap agar fasilitas kampus, baik di perpustakaan maupun student area, dapat ditingkatkan dari segi kebersihan, kenyamanan, dan jumlahnya. Di Tengah semua keterbatasan akses dan kebijakan kampus, mereka tetap berusaha menyesuaikan diri dengan fasilitas yang ada, sembari terus menyuarakan harapan agar proses belajar bisa berlangsung lebih optimal. Kebijakan jam tutup operasional perpustakaan hingga pukul 21.00 WIB diterapkan sebagai bentuk pengaturan aktivitas malam hari di kampus yang mempunyai aturan batas jam malam hingga jam 22.00 WIB. 

Meski tidak sepenuhnya membatasi, aturan ini menjadi salah satu faktor yang membuat sebagian mahasiswa mempertimbangkan student area sebagai alternatif ruang belajar di malam hari. Di balik dinding perpustakaan yang sejuk dan student area yang terbuka dan fleksibel, mahasiswa hanya ingin ruang yang mendukung pertumbuhan mereka tanpa harus memilih kenyamanan dan kebebasan yang saling bersahutan.


Penyunting : Nazhifah Aulia Anwar

Grafis : Indah Damayanti