Naniwa (Kompilasi Puisi)
Oleh: Muhammad Shalahuddin Al Ayyubi (Alumni Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia)
Naniwa
Langkah kaki itu bersaksi pada gedung nan gegap gempita,
sebelum gemuruh ancala yang terakhir engkau lupakan.
Tersisa letih lagi cedera,
hanya mampu bergantung pada perasaian.
Dipaksa bergerilya mengitari ruang dan waktu…
sekalipun binasa…
oleh gaung-gaungan asa.
Diri yang sunyi itu mengkhawatirkan ‘Naniwa’,
laksana gubahan Hideyoshi sebelum kematiannya.
Walaupun dirinya itu tidak memahami…
kapan awal dan mula.
Satu luapan “Ini tidak adil.”,
tetiba menggetarkan sanubarinya.
Sontak tubuhnya menggigil kala mendekati senja.
Diakhiri terdengar sebuah balasan,
“Kau pikir siapa Tuhan dalam goresan awawarna?!”
(Yogyakarta, 2023)
Pusara
Lengkung langit seakan menyeringai,
menghinakan ketiadaanku.
Fatamorgana sialan hanya datang untuk menipu,
terbang pula arwah diri tiada tersipu.
Lantas di mana lagi diri ini hendak membangun Kastil Naniwa?
Jikalau tanah-tanah itu dirampas tanpa sisa.
Oh ya…
si bedebah rambang mata yang adidaya,
Ku pikir hingga kini engkau masih terbahak-bahak di atas niraya.
Aku yakin…
jeritan para mustadh’afin ‘kan luluh-lantahkan singgasana.
Semoga engkau menyesalinya–
… ah, tentu saja tidak,
kau pasti tidak akan menyesal.
Tunggulah,
kalau saja nanti angin kematian berhembus,
harap saja semesta masih sudi menempatkanmu pada pusara.
(Yogyakarta, 2023)
Muncung Limbah
Pikirnya keren,
berjalan dengan angkuh di atas bayang-bayang multitalen.
Seolah berada di paling puncak,
memandang rendah dan mendikte siapapun.
Muncung limbahnya membual,
meyakini orang-orang bahwa dirinyalah yang paling berkuasa.
Sementara lainnya,
dia anggap beban!
Hanya karena tidak berdaya dan tidak berpunya.
Si paling superior itu tidak mengingat,
ke mana kita akan kembali nanti.
Seakan pencapaian yang ia sombongkan dapat menyelamatkannya.
Seakan pelbagai gelar yang ia pamerkan dapat mengekalkannya.
(Yogyakarta, 2023)
Tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera dan tidak menjadi tanggung jawab redaksi Kognisia.
Grafis: Aulia Salsabilla