Onde Mande (2023): Masyarakat Minang, Beragam Karakter Unik

Oleh: Birru Aisyah Shabrina

Banyak jalan menuju Roma, merupakan pepatah yang cocok bagi Masyarakat Minang yang terkenal memiliki sifat pantang menyerah terhadap apa yang ingin dituju. Siapa yang tidak kenal dengan etnik pribumi nusantara ini? Salah satu suku yang memiliki kebiasaan merantau sehingga masyarakatnya dapat ditemukan pada setiap pulau di Indonesia. Film Onde Mande garapan rumah produksi visinema ini mengambil latar belakang dari suku minang tepatnya di daerah Sigiran, Maninjau, Sumatera Barat. Film ini secara gamblang menceritakan sifat asli dari masyarakat suku minang yang sering dibicarakan, yaitu memiliki banyak akal dan cerdik untuk mencapai suatu target yang diinginkan.

Film yang disutradarai oleh Paul Agusta ini mengangkat kisah tentang seorang tetua di Sigiran, Sumatera Barat yang bernama Angku Wan. Kisah ini bermula ketika Angku Wan dan istrinya memutuskan berpisah demi memberikan pendidikan yang layak kepada anak di Jakarta. Angku Wan memilih tinggal di Sigiran dan berniat membangun kembali desanya. Demi menjalankan niatnya, Angku Wan selalu mengikuti sayembara berhadiah yang diadakan perusahaan besar guna mendanai perbaikan fasilitas desa yang ditaksir memiliki pengeluaran cukup besar. Hingga tiba suatu malam, akhirnya Angku Wan memenangi sebuah sayembara dan berniat untuk menjemput hadiah besar itu dengan Da Am. 

Namun, setelah kabar gembira itu datang, Setelah Angku Wan kembali ke rumah dengan langkah senang dan senyum bahagianya, Saat itu ajal menjemputnya. Da Am yang semalam berjanji akan menemani Angku Wan, menemukannya terbaring kaku di ruang tengah. Hal ini menjadi permasalahan baru. Jumlah uang yang akan diterima cukup besar serta butuh verifikasi data pribadi Angku Wan. Di sinilah klimaks film Onde Mande dimulai.

Penggambaran cerita pada film ini disampaikan oleh sudut pandang orang ketiga, yaitu Da Am. Karakter Da Am yang dieksekusi Jose Rizal Manua, memainkan peran sebagai seorang anak angkat dari Angku Wan yang sudah berumur dan memiliki keluarga. Tetapi selalu ingin membantu Angku Wan, terutama terhadap keinginan Angku membangun desa. Namun, sosok paruh baya ini kerap sekali bimbang dan cemas terhadap cara penyelesaian masalahnya. Dalam melakukan rencananya pada film ini, Da Am juga dibantu istrinya yang bernama Ni Ta (diperankan oleh Jajang C. Noer) dan kedua anaknya, Ni Mar (diperankan oleh Shenina Cinnamon) serta Dadang (diperankan oleh Oscar Lolang). 

Rencana Da Am diutarakan kepada beberapa utusan masyarakat. Namun, salah satu utusan bernama Haji Faisal yang diperankan oleh Yusril Katil, menolak rencana tersebut sehingga memecah kubu menjadi dua dengan rencana masing-masing. Haji Faisal menjadi salah seorang karakter kunci yang ikut serta dalam melengkapi plot twist film ini. Selain itu, rencana mandiri yang dilakukan Haji Faisal turut dibantu oleh kedua anaknya dengan ciri khas lelucon dan gaya bahasa “kampungan”, mereka bernama Huda dan Hudi.

Dengan alur cerita yang haru, Siapa yang tidak akan tersentuh hatinya ketika menonton film bertema keluarga? Kesuksesan para pemain film dalam memerankan karakter masing-masing, membuat para penonton merasakan berbagai perpaduan emosi. Film yang bertema kekeluargaan dan komedi ini, sukses membuat kami sebagai penonton terenyuh ke dalam kisah yang segar. Apalagi bagi para perantau minang, menonton film seperti ini akan kembali mengingatkan rasa hangat rumah nun jauh di sana. Pasalnya, film ini 90% menggunakan bahasa minang dan menyajikan budaya-budaya khas Sumatera Barat. 

Film Onde Mande memiliki durasi tayang selama 1 jam 37 menit. Kualitas sinematografi yang ditampilkan sangatlah menarik mata penonton. Film ini memilih menerapkan warna-warna hangat pada setiap segmen sehingga menciptakan harmoni yang indah, terutama ketika menyoroti pemandangan khas Sumatera Barat. Namun, sayangnya film ini kurang menampilkan komedi yang bisa dipahami masyarakat luas. Beberapa segmen film tidak menyelesaikan tujuan dari pemeran dan konflik yang ditampilkan tidak terselesaikan dengan baik. Masih ada hal yang rasanya masih perlu dijelaskan dan dikembangkan, tetapi mendadak terselesaikan tanpa penjelasan. Alur cerita cukup membuat para penonton dapat dengan mudah menebak plot twist film. 

Di balik semua itu, film ini masih bisa memberikan kesan yang baik kepada penonton. Penyajian film dengan karakter pemeran yang memiliki darah minang, membuat cerita lebih personal dan mendalam. Keseruan dan lelucon para pemain dalam film mampu membawa penonton ikut terbawa suasana. Selain itu, film ini masuk ke dalam jajaran nominasi Far East Film Festival di Italia.

Seperti yang disampaikan dalam film tersebut, secara tidak langsung kita akan memahami mengapa masyarakat minang dikatakan cerdik atas usaha-usahanya. Da Am di dalam salah satu scene berkata, “urang minang ka babuek nan inyo bisa untuak keluarga, untuak kampungnyo. Darah jo tanah ndak ado lawannyo”.  Artinya, orang minang akan berbuat apapun yang ia bisa untuk keluarga dan kampungnya, darah dan tanah akan selalu mengalahkan segalanya.


Penyunting & Grafis: Haidhar F. Wardoyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *