Menilik Kembali Problematika Parkiran FPSB, Adakah Solusi?

Oleh: Nur Kholifah Arifiani & Nazhifah Aulia Anwar

Tempat parkir merupakan hak mahasiswa yang beraktivitas di kampus, terlebih apabila parkiran tersebut gratis dan aman.  Salah satunya parkiran motor FPSB yang berada di depan gedung Ilmu Komunikasi. Biasanya saat keluar, mahasiswa cukup menyerahkan karcis parkir yang didapat ketika memasuki lahan parkir kepada petugas untuk di-scan. Namun, tak lengkap rasanya jika tidak mengingat-ingat beragam masalah yang terjadi pada fasilitas yang sangat krusial ini. Dimulai dari kerusakan mesin karcis parkir yang terjadi berulang kali hingga kondisi parkiran yang semrawut sampai menyebabkan kemacetan. 

Pada Selasa (27/2) bulan lalu, mesin karcis parkir FPSB dikonfirmasi mengalami kerusakan parah. Mesin itu tidak mengeluarkan karcis parkir sehingga mahasiswa harus menggunakan KTM atau STNK sebagai syarat keluar parkiran. Malfungsi mesin karcis ini terjadi selama kurang lebih 2 minggu. 

Sulaiman (nama disamarkan), selaku penjaga pos karcis parkir FPSB, menerangkan bahwa kerusakan yang terjadi di pos parkiran FPSB disebabkan karena alat karcis yang menurutnya sudah tua dan usang. Alat tersebut butuh perbaikan dari PT Secure selaku penanggung jawab. Ia menambahkan bahwa kerusakan ini bukan hanya terjadi di pos parkiran FPSB saja, ada dua titik lainnya yang diketahui juga rusak yakni di parkiran Fakultas Kedokteran dan Boulevard UII. 

Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Haryadi, selaku koordinator pengawas pos-pos parkiran UII, bahwa kerusakan pos-pos karcis disebabkan oleh putusnya kabel fiber optik pada gorong-gorong akibat terdorong sampah saat hujan deras. Putusnya kabel tersebut akhirnya membuat mesin karcis parkir tidak terkoneksi dan perlu perbaikan khusus. 

“Itu kan di sebelah FPSB itu sama FIAI itu kan ada sambungan kabelnya. Posisinya itu di situ. Di situ kan ada got ya. Got itu waktu hujan kan penuh airnya ya. Di situ ada sampah. Nah sampah itu kan ngapung kan. Kedorong air, nah kabelnya yang ketarik gitu. Titiknya putusnya di situ. Jadi per Selasa siang di tiga pos itu putus koneksi,” jelas Haryadi saat di wawancara pada Selasa (8/3). 

Perbaikan pos karcis tersebut membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu. Namun, waktu ini bukan yang terlama. Menurut laporan artikel yang dipublikasi oleh Kognisia pada Juni 2022, mesin karcis parkir pernah mengalami kerusakan sejak tahun 2019 hingga 2021. Kabarnya mesin itu diperbaiki tetapi akhirnya rusak lagi (selengkapnya baca di sini Menyoal Fasilitas Kampus: Dua Tahun Rusak, Mesin Karcis Parkir Kapan Dibenahi? – Kognisia). 

Kerusakan disebabkan karena kabel yang terletak di panel depan dekat Boulevard terkena sambaran petir keras berulang kali. Sudah ada rencana perbaikan tetapi hingga memasuki bulan kelima perkuliahan di tahun 2021, mesin tersebut masih tidak berfungsi. Faktanya, sudah dua tahun berlalu dan tidak terlihat adanya tindakan langsung dari Pengelola Fasilitas Kampus (PFK). 

Siapa yang tidak ingat dengan akun Instagram @parkiranfpsb yang postingannya menyoroti kendaraan yang parkir sembarangan di parkiran FPSB? Banyaknya pengguna parkiran membuat parkiran FPSB seringkali penuh ditambah hanya tersedia satu pos keluar masuk. Belum lagi mahasiswa yang memarkir kendaraannya sembarangan membuat kemacetan tidak bisa dihindari (selengkapnya baca di sini Semrawut Parkiran FPSB: Siapa yang Bertanggung Jawab? – Kognisia). 

Huru-hara penuhnya parkiran juga dikarenakan mayoritas mahasiswa seringkali datang berdekatan dengan jam masuk kelas.

“Jadi kan pintunya cuman dua. Kan mau nggak mau harus ngantri gitu. Jadi kan kalo mau ujian itu kan datangnya pada 5 menit, kurang 5 menit. Nah itu kan yang bikin ngantri kayak gitu…” pungkas Haryadi. 

Solusi Segera Pengelola Fasilitas Kampus 

Banyaknya masalah yang terjadi pada fasilitas parkir ditindaklanjuti oleh pihak PFK. Toyib selaku Koordinator Divisi Lingkungan Pengelola Fasilitas Kampus Yayasan Badan Wakaf UII (PFK YBW UII) menjelaskan bahwa penuhnya parkiran FPSB juga disebabkan karena sebagian mahasiswa FTSP turut menggunakan parkiran tersebut.

“Karena ada dua yang menggunakan, sipil sama FPSB. Nah kan yang sipil juga penuh. Itu kita juga membuka area parkir baru yang ada di utara GOR…” jelas Toyib (27/3). 

Penambahan lahan parkir menjadi salah satu target yang dikerjakan oleh pihak kampus. Toyib menjelaskan bahwa parkiran di depan Utara GOR dibuka untuk mahasiswa dari FTI agar parkiran di FTSP tidak penuh. Sayangnya, parkiran tersebut masih sepi peminat sehingga masih banyak mahasiswa FTI yang masih parkir di parkiran FTSP. Kemudian mahasiswa FTSP yang kebetulan mempunyai kelas di gedung Ilmu Komunikasi turut parkir di FPSB. Proyek lain yang direncanakan yaitu penambahan pos karcis di depan gedung prodi Ilmu Komunikasi dan penambahan lahan parkiran di Fakultas Kedokteran. 

“Tahun ini itu targetnya. Kemarin itu baru perencanaan. Maksudnya kita baru gambar, baru perencanaan jalannya dulu, nanti tembusnya relevansinya berapa, nanti nembusnya ke rusun putranya berapa, kan ini nanti parkiran yang dibuat itu jadi Kedokteran pindah situ dulu, terus parkirannya ini jadikan jalan. Targetnya tahun ini. Jadi, tahun ini semoga ada perubahan..” jelas Toyib (27/3).

Kasus-kasus yang sering terjadi di fasilitas parkiran tentu mampu menurunkan efektivitas kegiatan mahasiswa dan juga petugas parkir sebagai kulit luar parkiran UII. Untuk memberikan kenyamanan dan hak parkir bagi warga kampus, sudah seharusnya PFK segera menindaklanjuti beragam isu yang terjadi. Seperti penerapan aturan garis parkir yang tegas serta penambahan akses keluar masuk parkiran sehingga apabila salah satu mesin rusak, mesin lain masih dapat berfungsi. 

Namun, sebagai mahasiswa diperlukan juga kesadaran untuk bersama menjaga fasilitas kampus. Sebab pihak kampus juga tidak bisa mengatur mahasiswa untuk parkir di gedung yang sesuai dengan fakultas masing-masing. Mahasiswa juga diharapkan lebih teliti menyimpan karcis parkir agar server tidak penuh, datang lebih awal, serta parkir dengan rapi. Baik mahasiswa maupun PFK sudah sepatutnya mampu bekerjasama merawat dan disiplin dalam menggunakan fasilitas sehingga isu yang berulang ini dapat dihindari. 


Penyunting: Paramitha Maharani & Aufa Niamillah

Grafis: Tara Saffanah Hernadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *