Pelajaran Jujur tentang Hidup, Gagal, dan Memimpin dalam The Diary of a CEO
Oleh: Feroza Fahira
“Strong marketing demands an opinion, a response and an emotion.”
Steven Bartlett
Kutipan ini bukan sekedar kalimat pemanis pembuka di buku The Diary of a CEO, melainkan sebuah pijakan yang menjelaskan pandangan Steven Bartlett tentang dunia bisnis modern. Bagi Bartlett, membangun perusahaan bukan hanya soal angka dan strategi, tetapi juga perjalanan menemukan makna, mengelola kegagalan, dan menjaga kesehatan mental di tengah tekanan sebagai pemimpin muda.
Buku ini membawa pembaca menyusuri 33 prinsip atau “hukum” yang menurut Bartlett menjadi kunci kesuksesan dalam bisnis dan kehidupan. Ia menyusunnya dengan gaya personal dan lugas, seperti sedang berbicara langsung kepada pembaca tanpa jarak. Setiap prinsip lahir dari kombinasi pengalaman pribadinya mulai dari masa kecil, proses jatuh-bangun membangun usaha, hingga wawasan yang ia peroleh dari ratusan wawancara dengan tokoh-tokoh sukses di podcast-nya.
Beberapa konsep yang menonjol antara lain Out-fail the competition, yaitu pandangan bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan bahan bakar untuk tumbuh lebih cepat dari kompetitor. Ada juga Purpose-driven leadership yang menegaskan bahwa bisnis sejati dibangun dari nilai dan tujuan yang jelas, bukan sekadar perburuan profit. Prinsip-prinsip ini bukan hanya motivasi kosong Bartlett menurunkannya menjadi langkah konkret yang dapat diadaptasi pembaca, terutama bagi mereka yang sudah mulai berkecimpung di dunia bisnis atau organisasi.
Selain membahas tentang visi besar, Bartlett juga mengupas mengenai taktik praktis. Misal, seberapa pentingnya membangun brand yang benar-benar berbeda di mata konsumen, mengelola tim agar tetap solid di tengah tekanan di dalam organisasi, dan memahami persepsi pasar melalui strategi Framing and Perception. Ia menunjukkan bahwa dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, kemampuan membentuk persepsi publik sama pentingnya dengan kualitas produk itu sendiri.
Salah satu hal yang membuat buku ini berbeda adalah penekanannya pada kesehatan mental. Bartlett tidak menutupi kenyataan bahwa menjadi pemimpin muda bisa terasa sepi, penuh tekanan, dan rawan mengorbankan kesehatan mental. Ia bercerita tentang masa-masa di mana ia merasa terjebak dalam ekspektasi, serta bagaimana ia membangun kebiasaan dan pola pikir untuk tetap seimbang. Perspektif ini membuat buku terasa membumi pembaca tidak hanya diajak untuk mengejar ambisi, tetapi juga diingatkan untuk menjaga diri.
Meski demikian, ada sisi yang mungkin terasa kurang bagi sebagian pembaca. Karena Bartlett sering mengulang poin penting dengan sudut pandang berbeda, pembaca yang tidak terbiasa dengan buku nonfiksi tebal mungkin merasa ada bagian yang monoton. Bagi yang benar-benar baru mempelajari marketing atau bisnis, buku ini bisa terasa agak “terlalu maju” karena banyak konsep diasumsikan sudah dikenal pembaca. Bartlett lebih banyak berbicara kepada audiens yang sudah memahami dasar-dasar bisnis dan ingin memperdalamnya, bukan mereka yang benar-benar mulai dari nol.
Namun, kekuatan buku ini justru karena adanya kombinasi antara motivasi, kejujuran, dan beberapa strategi menarik yang jarang ditemukan dalam satu karya. Bartlett juga berhasil memadukan kisah pribadi yang inspiratif dengan insight bisnis yang relevan untuk era digital. Ia tidak hanya menjual mimpi, tetapi juga menunjukkan kenyataan di balik layar perjalanan menuju sukses.
Bagi mahasiswa, terutama yang sedang aktif berorganisasi, membangun proyek, atau merintis usaha. The Diary of a CEO bisa menjadi sumber refleksi sekaligus pendorong. Buku ini mengingatkan bahwa kesuksesan tidak selalu datang dengan jalur lurus dan tanpa hambatan. Justru dari kegagalan dan tekananlah, karakter dan strategi yang kokoh terbentuk.
Secara keseluruhan, The Diary of a CEO bukan hanya tentang panduan bisnis, melainkan juga catatan perjalanan hidup yang sarat pembelajaran. Buku ini menantang para pembaca untuk lebih berani mengambil resiko, namun tetap setia pada nilai yang diyakini, dan tidak melupakan kesehatan mental dalam prosesnya. Bagi mereka yang siap menyelami 33 hukum yang ditawarkan Bartlett, buku ini bisa menjadi teman berpikir yang kritis sekaligus pengingat bahwa di balik setiap kesuksesan, selalu ada kisah manusia yang kompleks dan nyata.
Grafis : Indah Damayanti