Rencana yang Berujung Wacana

Tema Pesta UII tahun ini merupakan gabungan dengan visi Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) UII, yaitu Retour A’la Nature. A’la Nature sendiri diambil dari bahasa Perancis yang artinya kembali ke alamnya. Pierre Felix Bourdieu, seorang filsuf berkebangsaan Perancis menyetuskan gerakan intelektual kolektif karena keresahannya dengan orang-orang pandai namun tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah pada masanya.

“Jadi, gerakan intelektual kolektif itu gerakan orang-orang intelek yang menyelesaikan masalah sampai ke akar-akarnya. Nah, mahasiswa pasti punya keintelektualan kan ya, jadi kita tu pengen mahasiswa nanti bisa menyelesaikan masalah-masalah masyarakat dengan nilai-nilai kenabian”, ujar Fahri Ali sebagai Komisi A Pesta UII. Sedangkan untuk nilai-nilai profetik diharapkan mahasiswa menjadi progresif dan cepat merespon isu yang ada.

Retour A’la Nature yang juga dimaksud di sini adalah penerapan pengurangan sampah plastik dan kertas. Di mana sampah plastik yang dihasilkan sebisa mungkin adalah sampah yang bisa dijual atau didaur ulang. Mereka juga diminta untuk membawa tumblr air dan juga mineral botol ukuran 1.5L. Alasannya adalah sampah botol 1.5L lebih mudah untuk dijual lagi serta didaur ulang.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan pada Pesta UII (14/08/19) kemarin adalah tour campus. Selain itu, pengenalan  UKM dan Kelembagaan setiap fakultas yang ada di UII dengan mengunjungi stand-stand yang telah disediakan. Terdapat 24 stand UKM yang disediakan. Namun, stand yang berada di belakang Fakultas MIPA ini tidak semua terisi. 6 stand terpantau kosong. Walaupun sudah ada undangan audiensi dari pihak panitia, masih banyak UKM yang tidak memenuhi panggilan tersebut. “Kalau memakai stand harus konfirmasi dulu sama kita. Jadi kita tu tetap nyediain 24 biar cari aman. Kan untuk pesan tendanya kan tidak bisa dadaan gitu jadi harus H- berapa gitu. Takutnya yang konfirmasi segitu, tapi besok-besok ada yang konfirmasi lagi jadi kita ada cadangan gitu.” ungkap Fahri.

Audiensi yang dilakukan tidak hanya berkaitan dengan pemberitahuan, melainkan juga peraturan-peraturan pada saat pengenalan UKM.  Peraturan-peraturan tersebut berupa penerapan konsep Retour A’la Nature. Penerapan konsep tersebut berupa pelarangan penyebaran brosur yang dilakukan UKM pada saat maba berkunjung. Untuk menggantinya, panitia menginisiasi dengan pembuatan website  UKM. “Kami menginisiasi dibuatnya website UKM dari panitia, sebagai pengganti brosur. ” tambahnya.

Panitia menjanjikan website UKM siap dioperasikan pada tanggal 13 Agustus. Tetapi kenyataannya, hingga berita ini turun, website tersebut belum dapat diakses oleh mahasiswa dan pihak UKM sendiri. Padahal jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan Pesta, setiap UKM diwajibkan segera mengirim profil nya masing-masing, tetapi sampai sekarang tidak ada regulasi lanjut mengenai website tersebut. “Sebulan sebelum pesta itu UKM diburu-buruin ngirimin visi misi prestasi setiap UKM trus sejarah kelembagaan sampai profil video”, jelas Dimas dari UKM Unisi Fotografi.

Website UKM dikembangkan langsung oleh mahasiswa Teknik Informatika 2015 yang juga pernah menangani website Pesta Unisi 2017. Dari pihak Komisi A sendiri, regulasi website UKM itu diawali proses permintaan akses kepada Badan Sistem Informasi (BSI). Setelah mendapatkan akses, yang berhak mengaksesnya Divisi Publikasi dan Dokumentasi (pubdok). Jadi panitia hanya langsung mengunggahnya ke BSI. Panitia bekerja sama dengan mahasiswa Teknik Informatika 2015 untuk mengembangkan website-nya.

Dalam pengerjaan website, mahasiswa Teknik Informatika hanya diberikan waktu 5 hari, yaitu 3 hari pembuatan website, sehari berkunjung ke BSI. Saat di BSI ternyata website sudah diunggah olehnya. Karena perbedaan sistem antara BSI dan mahasiswa Informatika, maka website mengalami masalah konfigurasi. Ketika dicoba, website sudah bisa diakses. Keesokannya, karena trafik naik cukup kencang sehingga, maka server down dan selanjutnya terkena suspend.

“Nah waktu masuk ke BSI terkendala di konfigurasi jadi kemarin pada pagi hari web bisa diakses. Itu waktu kita ngecek sama anak informatika bisa diakses. Nah pas siangnya kena suspend gara-gara itu server dari mas nya dimatiin karena trafiknya naik gitu jadi ga nyukup gitu, servernya down. Karena pada pagi hari kita emang bisa gunain cuman belum disebar ke peserta agar ruangannya bisa kosong biar waktu siang tidak kaget”, ujar Fachri.

Selama berlangsungnya kunjungan UKM oleh mahasiswa baru, terdapat beberapa pro dan kontra. Terdapat beberapa UKM yang memberikan brosur kepada mahasiswa, padahal sebelumnya telah dilarang oleh panitia. Namun, meskipun ada yang memberikan brosur, panitia tidak menindak lanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh UKM-UKM tersebut. Hal ini membuat UKM yang tidak memiliki brosur merasa kecewa.

“Ya awalnya sih sempat ada briefing dari panitia kalau perkara brosur dan pembuatan web. Sebenarnya kami sudah siap brosur ternyata pas fakta dilapangannya ada yang bagi brosur dan mereka tidak kena tindak lanjut lagi”, ungkap Rifki, ketua UKM Softball. Selain itu, Rifki juga menambahkan jika ia melihat waljam dan panitia lain meminta para maba untuk segera bergegas, sehingga tidak ada yang berkunjung ke stand-nya.

Rasa kekecewaan juga diungkapkan oleh pihak UKM mengenai waktu yang diberikan kepada mahasiswa baru untuk berinteraksi dan mengunjungi stand selama 10 menit tidak terlaksana. “Iya ada kebebasan mereka mampir dan interaksi dengan kami 10 menit. Tapi kenyataannya jadi malahan kayak parade aja, digaspol terus gitu. Malahan disuruh buru-buru sama keamanan”, ungkap Herdini, perwakilan UKM Taekwondo.

Berbeda dengan Dimas, bahwa semua tergantung Mahasiswa Barunya. “Ngga sih tergantung dari anaknya sendiri sebenarnya ada yang diburu-buruin tapi kalo tertarik kayaknya dia bakalan tetap stay gitu sih. Karena ada beberapa anak juga yang ketinggalan barisan. Kalo yang aku liat si kayak waljamnya di depan doang tapi anak-anaknya ditinggal gitu si. Mereka tu cuman bimbing yang paling depan. Yang belakang ngikut aja.”

Kurangnya fasilitas yang disediakan oleh divisi perlengkapan menjadi hal yang tidak luput menjadi perhatian. Pasalnya, setiap stand tidak disediakan aliran listrik yang dapat menunjang pihak UKM untuk memperkenalkan UKM nya. “Semestinya ada listrik disetiap stand, biar kita mudah,” tutup Dimas. (Siti Fauziah, Tenri Anisabella)

Penyunting: Ainun Zakiyyah

Reporter: Dimas Aufaris A.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *