Dari “Santiago Berdebu” menjadi UII Training Ground

Siapa sangka bahwa lapangan baru UII yang menelan biaya renovasi hampir 1 milyar rupiah itu nyatanya menimbulkan pertanyaan di kalangan mahasiswa.

UII Training Ground (UTG) – sebutan untuk lapangan baru – mulai diresmikan pada Selasa (2/7/2019). Pasca renovasi, Timnas Putri Indonesia menjadi yang pertama menjajal lapangan baru milik UII. Lapangan dengan kualitas internasional ini rencananya akan ditujukan sebagai pemusatan latihan olahraga.

Pihak pengelola sendiri belum melakukan sosialisasi terkait regulasi penggunaan bagi mahasiswa UII, mengingat beberapa UKM olahraga di UII juga membutuhkan tempat latihan. Lapangan baru tersebut belum disosialisasikan namun langsung digunakan untuk pertandingan Timnas Senior Putri pada Rabu (3/7/2019) silam.

“Kita sama sekali belum merumput di lapangan baru itu, padahal kan kita mau persiapan Liga Mahasiswa (Lima) tingkat regional di Malang,” jelas Muhammad Fikri, selaku ketua UKM Sepak Bola UII yang kami temui pada Senin (17/7/2019).

Fikri juga membenarkan terkait isu yang beredar di kalangan mahasiswa. Awalnya mereka sempat kecewa karena lapangan yang dibangun megah di kampus sendiri lebih dulu dipakai untuk pihak lain.

“Jujur kita merasa sedih karena itu lapangan baru kita sendiri belum ada merumput disana” ujar Fikri parau. Jika dibandigkan dengan sebelumnya, UKM sepak bola UII atau PS UII dapat menggunakan lapangan tiga kali dalam seminggu, tetapi jatah mereka terpangkas karena schedule yang dikeluarkan oleh pengelola.

Selama lapangan direnovasi menjadi, UKM sepakbola UII berlatih di lapangan 403 Yonif. Mereka menyewa lapangan tersebut seharga 350 ribu rupiah dalam sebulan dengan 8 sesi selama satu bulan. Di dalam satu sesi mereka memiliki waktu untuk berlatih selama 2 jam.

Sebelum lapangan sepak bola direnovasi menjadi UTG, UKM Sepak Bola UII mendapatkan jatah untuk menggunakan lapangan sebanyak tiga kali setiap pekan, namun setelah direnovasi hanya dapat menggunakan lapangan sebanyak empat kali dalam sebulan. Setelah kami mengkonfirmasi hal tersebut kepada pihak pengelola lapangan UII, mereka membenarkan hal tersebut.

Achmad Irsan, selaku pengelola lapangan baru itu menepis isu yang beredar di kalangan mahasiswa. Ia menyebut bahwa UTG memiliki tujuan yang sudah dirancang sejak awal. Selain sebagai sarana olahraga bagi mahasiswa, UTG khususnya bertujuan untuk melestarikan bibit atlet sepak bola. UTG sendiri sudah menjadwalkan pemakaian lapangan dalam satu bulan yang terdiri dari beberapa section.

“Pertama, Full Operation yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga. Kedua, Half Operation yang diselingi perawatan,” papar Irsan.

Alasan mengapa UTG membagi beberapa section adalah menjaga kualitas rumput Cynodon dactylon yang sudah memenuhi standar internasional. Menurut Irsan, UTG juga merupakan salah satu bentuk kepedulian kampus terhadap mahasiswa “Mahasiswa UII tidak hanya pintar di kelas mas, tapi harus sehat juga raganya,” ujar Irsan.

UTG awalnya akan dibangun di daerah barat GOR Ki Bagoes karena area tersebut masih merupakan area resapan air. “Di master plan itu sebenarnya kita akan membuat stadion mas, tapi terkendala area yang masih green belt,” tambahnya.

Biaya perawatan UTG sendiri mencapai angka 15juta/bulan. Semua biaya perawatan dan operasional UTG ditanggung oleh pengelola secara profesional. Terkait pembiayaan tersebut, pihak UTG mengkomersilkan UTG guna mencukupi biaya perawatan “Ya sabtu dan minggu itu dikhususkan untuk penyewaan dari tim eksternal” ucap Irsan getir.

Irsan juga menyatakan bahwa pihak pengelola sejak awal sudah merencanakan sedemikian rupa. Rencana pemasaran UTG, termasuk biaya penyewaan, mencapai angka 2 juta setiap sesi. Setiap sesi hanya terdiri dua jam.

“Timnas main di UTG tujuannya kan supaya orang mengenal UII, selain untuk mencukupi biaya operasional dan perawatan” ucap Irsan. Melihat antusias khalayak ramai yang datang menyaksikan laga uci coba Timnas Senior Putri memang termasuk bagian dari pemasaran UTG tetapi bagaimana dengan mahasiswa yang notabene juga menggunakan fasilitas tersebut.

Untuk menepis anggapan yang beredar dikalangan mahasiswa Irsan menegaskan bahwa rumput yang ada dilapangan berukuran 68×105 M tersebut harus dipupuk dan dibiarkan sekitar 3-4 hari agar bisa tumbuh hijau dengan sempurna. Maka dari itu setiap kali lapangan tidak beroperasi pihak pengelola selalu melakukan pemupukan dan peyiraman.

Irsan juga menambahkan bahwa PS UII dan beberapa UKM belum bisa menggunakan lapangan karena belum waktunya dan berharap mahasiswa untuk bersabar. Selain itu untuk memenuhi keinginan mahasiswa, pihak pengelola juga mengadakan Big Thursday dan Big Friday guna mempertemukan dua tim dari fakultas dalam satu laga “Dari hasil dua Big Match tersebut dari sanalah kita dapat melihat mana pemain yang benar-benar berkompeten dan bisa membawa nama UII ke-laga nasional kalau bisa Internasional.”

Selain itu, UTG memiliki standar operasional sendiri, seperti dilarang merokok di area UTG, dilarang membuang air sembarangan dan dilarang menimbulkan keributan.

“Itu kita berlakukan untuk menajaga kualitas UTG” ujar Irsan. Selain itu, pihak pengelola juga mengancam akan mengeluarkan tim eksternal/UKM sepakbola yang melanggar SOP tersebut.

SOP yang dikeluarkan tidak hanya terkait hal-hal yang mengganggu kenyaman. Pengelola UTG juga sudah menetapkan durasi pemakaian selama per satu sesi berdurasi dua jam pemakaian. Khusus untuk sesi sore di hari sabtu dan minggu dikhususkan untuk penyewaan dengan biaya mencapai dua juta rupiah.

Beni Suranto selaku Direktur Bidang Kemahasiswaan juga membenarkan hal tersebut.

“Kita ini kan susah untuk menjaga fasilitas yang sudah ada, maka dari itu pihak pengelola mengeluarkan SOP tersebut” ujar Beni yang kami temui di ruang kerjanya pada Jumat (19/7/2019). Kami juga sempat menyinggung terkait pemasaran lapangan yang mana lebih dulu digunakan untuk Timnas dibanding sosialisasi ke-UKM atau pihak Internal kampus.

Beni menuturkan bahwa sebelum lapangan direnovasi, sempat direncakan untuk membangun gedung Fakultas Ekonomi UII. Melihat kondisi lapangan yang sudah tidak layak dan tidak memenuhi standar Beni menyarankan kepada pihak rektorat dan Badan Wakaf UII untuk merenovasi lapangan tersebut. “Sebelum direnovasi kan dinamai ‘Santiago Berdebu’. Jangankan untuk olahraga, yang niatnya mau sehat malah jadi sakit kan,” ujar Beni berkelakar.

Beni juga menegaskan bahwa pihak pengelola sudah menyiapkan jadwal pemakaian lapangan baru tersebut. Ia menepis isu bahwa lapangan tersebut hanya diperntukan bagi tim eksternal dan pihak yang menyewa saja.

“Kalau barang bagus cuman diliat saja, buat apa dibagusin. Sama aja bohong dong” ujar Beni. “Renovasi lapangan itu juga kan dari uang mahasiswa dan diperuntukkan bagi mahasiswa. Jadi tidak mungkin mahasiswa tidak dapat menggunakan lapangan baru itu. Yang ada hanya belum waktunya digunakan,” jelasnya. (Citra Mediant)

Reporter bersama: Marhamah Ika Putri & Denis Pramesti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *