Kisah KKN di Aceh

(Kampus Terpadu, 27/09/2017) Salah satu kuliah yang wajib dijalani oleh seorang mahasiswa agar dapat diwisuda adalah KKN (Kuliah Kerja Nyata). Di UII sendiri, lokasi KKN yang selama ini dilaksanakan masih berlokasi di lingkup Jawa. Namun di tahun ini, ada terobosan baru dari Labma UII yang mengadakan program KKN di luar Jawa, tepatnya di Gampong Sah Raja, Aceh Timur. Program tersebut berlangsung selama 25 hari.

Sebanyak 17 mahasiswa UII mengikuti program KKN tersebut. Seusai KKn tersebut, Firzananda Nasir selaku direktur Labma kemudian menceritakan pengalamannya kepada tim LPM Kognisia. Menurut Firza, lokasi KKN yang terbilang pelosok memerlukan waktu selama 2 jam lebih perjalanan dengan kondisi jalan yang belum di aspal. Firza juga memaparkan beberapa kendala yang dialami ketika melaksanaan KKN yang dilakukan di Aceh. Salah satunya pada saat persiapan karena harus melibatkan banyak pihak kampus.

“Kendalanya ada di persiapan karena kami melibatkan banyak pihak seperti DPPM UII, Pemda dan sebagainya, karena terkadang ada aja hal yang nggak berjalan sesuai rencana kan,” kata Firza.

Sementara itu, Firza juga mengatakan proker yang dilakukan lebih berat karena berusaha merubah “mindset” penduduk disana yang menurutnya belum memprioritaskan secara maksimal pembangunan infrastruktur.

“Di sana secara ekonomi mereka mampu, mayoritas penduduknya berkebun dan penghasilannya banyak. Tapi infrastuktur di sana itu terkesan dianggap kurang penting. Seperti jalan hancur, akomondasi susah, angkutan umum itu nggak ada, lampu-lampu jalan belum terpasang dengan baik, ” tutur Firza.

Selain permasalah infrastruktur, Firza juga memaparkan jika permasalahan yang ada disana adalah tingginya tingkat pernikahan usia dini yang dikarenakan tingkat pendidikan masih rendah, tenaga pengajar yang adapun sangat kurang karena hanya terdapat dua orang guru PNS dan tiga/empat orang guru honorer. Semua itu, lanjut Firza, membuat beberapa Program KKN yang sudah tersusun dirubah.

“Hampir 80% berubah, Karena kan kami juga cuma survey sekali jadi masih kurang data, dan realitanya di lapangan ternyata berbeda,” Ujar Firza.

Meski begitu, Firza berharap proyek KKN Aceh bisa berlanjut untuk beberapa tahun mendatang dengan tempo pelaksanan yang lama.

“Rencana kami, harapan kami proyeksi kami selama 3 tahun pembanguan kegiatan ini dapat berlanjut, karena di sana juga masih butuh. Idealnya 3 bulan untuk pengabdian disana, kami sendiri sih merasa selama 1 bulan kemarin itu waktunya masih sangat kurang,”tutup Firza. (Dinda, Zahro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *