Di balik Semarak PESTA 2025
Oleh: Feroza Fahira & Najwa Ayu Difani
Pesona Ta’aruf (PESTA) UII 2025 kembali digelar dengan semarak, menghadirkan banyak mahasiswa baru yang antusias mengikuti rangkaian kegiatan. Hiruk pikuk sudah terasa sejak hari pertama, meski tidak sedikit pula peserta yang mengaku cukup kewalahan dengan padatnya jadwal dan teknis lapangan.
Bagi sebagian mahasiswa baru, pengalaman ini menjadi momen pertama mereka memasuki dunia kampus hingga dihiasi banyak tawa, pertemuan dengan teman baru, hingga euforia panggung acara. Namun dibalik sorak ramai itu, rasa lelah juga tak terhindarkan. Perjalanan panjang dari pintu masuk ke lokasi pada hari pertama PESTA 2025, ditambah harus menunggu dan mendengarkan pemateri yang cukup lama, menjadi cerita tersendiri di hari pertama.
Sebagai tradisi tahunan, PESTA bukan hanya agenda seremonial. Melainkan Ia menjadi ruang transisi penting bagi mahasiswa baru dalam mengenal kehidupan kampus yang penuh suka duka, evaluasi, dan catatan yang menyertainya.
Pemilihan lokasi pembukaan PESTA kali ini berbeda dari tahun sebelum-sebelumnya yang biasanya bertempat di depan Fakultas Kedokteran. Pada hari pertama, kedatangan para peserta melalui gate utama boulevard langsung diarahkan ke utara Gelanggang Olahraga (GOR) UII. Panitia telah menjelaskan perpindahan lokasi ini merupakan hasil koordinasi bersama Rektorat. Sementara itu, pemilihan boulevard sebagai akses gate utama dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penumpukan mahasiswa di titik tertentu.
“Sebetulnya bisa saja menggunakan akses jalan pintu belakang melalui Kimpulan dan FMIPA, tapi dikhawatirkan antrian peserta akan memanjang di gang itu. Sehingga kami memilih menggunakan jalan depan (boulevard) supaya menghindari chaos,” terang Ketua Steering Committee PESTA 2025, Iqbal, pada (05/09).

Usai pembukaan, acara dilanjut dengan talkshow yang menghadirkan sejumlah narasumber. Anies Baswedan turut hadir sebagai special guest dalam talkshow ini, membawakan topik kepemimpinan sekaligus membekali mahasiswa baru dalam proses penyesuaian di dunia perkuliahan. Kegiatan berlangsung kondusif dengan antusiasme para peserta yang aktif berdialog.
Di hari kedua, penampilan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) mengisi rangkaian acara hingga tengah hari. Selain itu, kegiatan melukis turut menjadi salah satu momen paling menarik. Mahasiswa baru terlibat antusias menuangkan kreativitas mereka bersama teman-teman lain. Uniknya, jika di tahun sebelumnya PESTA menggunakan kaos sebagai kanvas lukis untuk menguji kreativitas peserta, kali ini totebag dipilih sebagai alternatif baru.

kegiatan melukis totebag oleh maba miba PESTA 2025
Panitia juga cukup sigap menangani peserta yang kurang sehat. Meski begitu, jalannya acara masih perlu evaluasi. Setelah ishoma pengkondisian peserta telah memakan waktu yang cukup lama sehingga kegiatan berjalan molor. Pos kesehatan pun menjadi catatan tersendiri, karena lokasinya yang pas di bawah teriknya matahari dan menyulitkan mahasiswa yang ingin beristirahat.
Sesi Focus Group Discussion (FGD) berlangsung cukup panjang yang menyebabkan bagian melukis memakan waktu yang sebentar dan telat sehingga banyak karya yang dikumpulkan secara tergesa, tanpa sempat di eksplor lebih jauh. Walau ada keterbatasan waktu dan beberapa catatan teknis, vibes kebersamaan tetap terasa kuat. Mahasiswa baru pun tetap bisa menikmati rangkaian acara dengan suasana yang hangat.
Pada hari terakhir yang berlangsung hingga malam, keseruan dan antusiasme para peserta masih belum surut. Setelah ishoma ashar, para peserta yang sebelumnya terbagi antara maba di Masjid Ulil Albab dan miba di GOR untuk mengikuti talkshow keislaman, diarahkan menuju Fakultas Kedokteran untuk kegiatan simulasi aksi. Kegiatan ini menjadi agenda penting dalam melatih keberanian mahasiswa menyuarakan pendapat dan menumbuhkan kesadaran kritis.
Selanjutnya, rangkaian kegiatan ditutup dengan sesi entertainment. Tahun ini, BAGINDAS dijadikan bintang tamu PESTA 2025 dengan membawakan sederetan lagu yang familiar di telinga. Panggung hiburan pun bergema seirama dengan kemeriahan nyanyian peserta. Meski sempat terjadi cekcok kecil antara mahasiswa baru dan panitia saat beberapa peserta berusaha maju melewati barisan penonton yang telah ditetapkan.

Tiga hari rangkaian PESTA menyisakan banyak cerita. Dari perjalanan panjang menuju lokasi, kegiatan melukis yang penuh warna, hingga konser penutup yang ramai, setiap momen memberikan kesan tersendiri bagi mahasiswa baru. Euforia jelas terasa, namun catatan evaluasi juga tak bisa diabaikan.
Manajemen teknis waktu menjadi hal yang paling menonjol dari rangkaian evaluasi. Beberapa kegiatan berjalan molor, terutama setelah waktu ishoma, sehingga mengurangi durasi pada sesi lain yang ditunggu-tunggu mahasiswa baru. Alur masuk melalui gate juga masih perlu ditata ulang agar tidak kembali membebani peserta di hari pertama.
Selain itu, penempatan posko kesehatan patut diperhatikan. Lokasinya yang terkena terik matahari membuat fungsi utama sebagai ruang pemulihan kurang maksimal. Persoalan kebersihan juga menjadi catatan, karena sisa sampah dari padatnya aktivitas sering kali masih terlihat di area acara. Aturan terhadap pers pun dinilai masih rancu karena membatasi informasi hanya bersumber dari pihak tertentu.
Meski demikian, dibanding tahun sebelumnya, PESTA 2025 menunjukkan adanya perbaikan, terutama dalam penanganan mahasiswa yang kurang sehat dan terciptanya suasana kebersamaan. Catatan-catatan evaluasi ini diharapkan menjadi pijakan agar PESTA di tahun mendatang semakin matang. Lebih dari sekadar seremonial, ospek sejatinya adalah ruang transisi yang semestinya menempatkan mahasiswa baru sebagai pusat pengalaman.
Penyunting : Nazhifah Aulia Anwar
Reporter : W.D Aulia Rahmah B/Farida Aini/Rania Nur Nasywa/Azka Medina/Betania Rifaulamiri/Azka Medina
Grafis : Tara Saffanah Hernadi

