Notasi: Dibalik Sulitnya Izin Media di Masa Orde Baru 

Oleh: Nuraini Whidi Astuti dan Vina Purnama Sari

Notasi seringkali dilambangkan sebagai nada dalam musik. Namun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, notasi juga memiliki arti lain, yaitu catatan pendek yang perlu diketahui untuk mengingatkan sesuatu. Begitu juga dengan novel yang berjudul “Notasi” karya Morra Quatro yang berisikan barisan-barisan kalimat sederhana, tentang orang-orang yang berteriak mewakili perasaan mereka untuk menumpahkan suara yang telah begitu lama terbungkam.

Notasi merupakan novel bergenre fiksi sejarah yang terbit pada tahun 2013 oleh Gagas Media dan memiliki 305 halaman. Novel ini telah berhasil menarik minat para pembacanya karena dalam kisahnya, novel ini memberikan premis cerita yang unik. Berlatarkan pada masa pemerintahan orde baru, novel ini mengisahkan aksi-aksi yang dilakukan mahasiswa maupun masyarakat untuk menyampaikan suara mereka. Selain itu, adanya kisah romansa dari kedua tokoh utama membuat pembaca merasa tersentuh.

Novel Notasi ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, yang bernama Nalia. Nalia merupakan mahasiswa UGM dari Fakultas Kedokteran Gigi yang saat itu juga menjabat sebagai anggota BEM fakultasnya. Saat itu, anggota BEM Fakultas Kedokteran Gigi berencana akan menggelar festival karya tulis ilmiah yang diselenggarakan selama 3 bulan kedepan. Hal itu menyebabkan Nalia dan anggota BEM Fakultas Kedokteran Gigi lainnya mengunjungi Fakultas Teknik untuk kepentingan publikasi acaranya melalui radio yang dimiliki fakultas tersebut meskipun tergolong masih ilegal. Sejak saat itulah, Nalia mengetahui alasan dari belum legalnya siaran radio yang dimiliki Fakultas Teknik.

Jawara FM, radio milik Fakultas Teknik yang menjadi salah satu pilihan bagi Nalia dan teman-temannya sebagai media publikasi festival karya ilmiah yang akan diadakan oleh BEM fakultasnya. Meskipun mengudara secara ilegal, Jawara FM merupakan media penghubung komunikasi antar fakultas yang ada di UGM. Namun, nasib buruk menimpa Nalia dan teman-teman BEM fakultasnya, pada saat itu jawara FM memberikan harga yang lebih tinggi dari kesepakatan yang dibuat sebelumnya. Sehingga, Nalia dan teman-temannya tidak setuju dengan keputusan yang dibuat seenaknya. Nalia dan teman-temannya beralih pada pilihan lainnya yaitu GAMA FM, radio milik mahasiswa D3 Teknik Elektro yang menolak tawaran Nalia karena mereka tidak senekat Jawara FM. Walaupun mereka masih mengudara, mereka memiliki jadwal siaran yang sangat ketat karena mendapatkan teguran dari dekan untuk memperketat jadwal siaran.

“…Mereka takut atas apa yang mereka lakukan, takut atas apa yang mereka bicarakan. Namun, kelihatannya masih ada sejumlah kecil jurnalis yang berani..” -Halaman 46

Novel ini memberikan gambaran kepada pembaca dimana kondisi pemerintahan sedang dalam insekuritas pada media. Pada saat itu, untuk mendapatkan izin media terbilang sangat sulit. Masing-masing frekuensi diberi jarak tertentu dan deviasi frekuensi tidak diizinkan berada terlalu dekat. Setiap gelombang frekuensi yang memancar membutuhkan izin dari Departemen Perhubungan sehingga mereka diharuskan untuk membeli frekuensi dari mereka. Di sisi lain, birokrasi Orde Baru dalam proses pembelian frekuensi dinilai rumit. Oleh karena itu, sulit mendapatkan perizinan media. Media yang saat itu telah memiliki izin resmi pun tidak memiliki kebebasan dalam mempublikasi tulisannya. Seperti Media Tempo yang saat itu menerbitkan edisi majalah dengan gambar sampul wajah presiden yang diletakkan di atas kartu remi. Seketika mereka diserang oleh rombongan pasukan berseragam militer yang datang dan menyerang kantor redaksi untuk mencari, si pembuat majalah tersebut.

Pemberontakan pun mulai pecah, banyak terjadi pembakaran, perusakan, dan penjarahan beberapa toko, pasar, bank, bahkan kendaraan-kendaraan. Kemarahan rakyat terhadap pemerintah negara memuncak, perekonomian yang semakin sulit dengan harga barang yang semakin melejit. Tiba saatnya pun rakyat memperjuangkan hak mereka dengan melakukan demonstrasi, mereka berteriak menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya dan melakukan perombakan Kabinet Pembangunan. Para wartawan yang sedang meliput dipukul mundur, suara-suara tembakan pun mulai pecah. Empat orang mahasiswa tertembak mati, seluruh media, radio, televisi, digelapkan oleh pertumpahan darah.

“…Sekarang kami lah yang terancam mati di dalam stoples. Stoples yang pelan-pelan mulai ditutup oleh penguasa negara, yang kini telah terang-terangan menganggap rakyatnya sebagai musuh. Makin mati, makin mereka tidak peduli” – Halaman 243

Notasi merupakan novel yang memiliki pembelajaran sejarah yang membuat para pembacanya mengetahui kejadian di masa lalu, khususnya pada masa orde baru. Adapun pembelajaran yang hampir tidak pernah muncul di pembelajaran sekolah yang ditulis dalam novel ini melalui tokoh Ho Chi Minh yang merupakan seorang penggagas di Vietnam di tahun yang sama dengan Soekarno, Hatta, dan Syahrir. Paman Ho pernah mendengar istilah Soekarno, beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncang dunia. Setelah itu, Paman Ho mengirim surat kepada Sutan Syahrir “buat apa kita menumpahkan darah pemuda demi revolusi, jika dengan diplomasi kita bisa memperpendek perang”. Namun, apa yang dikatakan oleh Sutan Syahrir tersebut tidak banyak disebutkan dalam sejarah.

Novel ini memiliki keunggulan yang berbeda, dimana dalam penulisannya novel ini dibuat dengan riset mendalam, tidak hanya menggunakan imajinasi sang penulis. Novel ini juga menggambarkan alur suasana dan latar tempat dengan situasi yang benar-benar terjadi. Sehingga, para pembaca akan mengingat dan ikut merasakan ketegangan peristiwa pemberontakan yang terjadi pada masa itu. Namun masih terdapat kekurangan dalam novel ini, dimana dalam penulisannya masih terdapat beberapa kesalahan dalam struktur penulisan. Cerita ini menggunakan alur campuran dimana penggunaan latar waktu berubah-ubah. Hal ini membuat para pembaca merasa sulit memahami dan merasa bingung ketika membaca.


Penyunting : Nazhifah Aulia Anwar

Grafis : Tara Saffanah Hernadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *