Ratusan Mahasiswa dan Alumni UGM Mengajukan Tuntutan Pada Aksi Solidaritas ‘Kita Agni’

Aksi solidaritas ‘Kita Agni’ yang dilakukan pada Kamis, 29 November 2018 diikuti oleh sekelompok mahasiswa dan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam komunitas Kita Agni. Aksi dilakukan di depan Gedung Rektorat Universitas Gadjah Mada.

Aksi ini dilatarbelakangi oleh kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan KKN yang menyeret mahasiswa Universitas Gadjah Mada pada tahun 2017 lalu menjadi buah bibir di kalangan publik saat ini. Hampir satu setengah tahun kasus ini berlalu, namun belum juga terlihat titik terang dari penyelesaian kasus ini. Sekelompok mahasiswa dan alumni Universitas Gadjah Mada kemudian membuat aksi ‘Kita Agni’ dengan harapan supaya kasus ini cepat terselesaikan dan diperoleh keadilan yang seadil-adilnya baik untuk penyintas maupun pelaku.

 

Aksi dimulai sejak sekitar pukul 10 pagi dengan pembunyian kentungan dan peluit dari Grha Sabha Pramana menuju gedung Rektorat yang dilakukan oleh ratusan mahasiswa sebagai simbol darurat kekerasan seksual di UGM. Lalu dilakukan penjahitan kain yang merupakan simbol dukungan yang berisi nama lengkap dan nomor induk mahasiswa yang sudah ditulis sebelumnya pada 8 November 2018 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL).

Suasana forum diskusi, terlihat beberapa perwakilan dari rektorat UGM sedang berdiskusi.

Aksi kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya forum diskusi, yang diikuti oleh beberapa perwakilan dari bagian rektorat. Para mahasiswa pembela penyintas juga melakukan aksi menggoreng gereh atau ikan asin sebagai protes kepada salah satu pihak universitas yang telah menyamakan Agni dengan gereh.

Penggorengan ikan gereh yang ditujukkan untuk menyindir pernyataan dari salah satu perwakilan rektorat UGM yang menyamakan kasus pelecehan seksual ini dengan kalimat “kucing kalau diberi ikan gereh juga langsung mau”

Diskusi berlangsung panas karena jawaban dari pihak rektorat yang dianggap terlalu berbelit-belit dan tidak transparan. Tim rektorat juga dianggap tidak serius dalam menanggapi kasus ini, karena tim etik yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus ini baru dibentuk satu minggu yang lalu terhitung sejak dilakukannya aksi tersebut. “Kenapa komite etik baru dibentuk seminggu yang lalu ketika masalahnya sudah sampai sekarang ini?” interupsi salah satu mahasiswa kepada salah satu perwakilan rektorat UGM.

Forum diskusi diakhiri dengan penandatanganan 2 dari 9 tuntutan yang diajukan kepada Rektorat. Tuntutan pertama yaitu memberikan pernyataan publik melalui konferensi pers yang mengakui bahwa tindak pelecehan dan kekerasan seksual dalam bentuk apapun, terlebih pemerkosaan merupakan pelanggaran berat. Tututan kedua yaitu memberikan pernyataan publik mengenai konferensi pers berisi permintaan maaf dan pengakuan bahwa Rektorat UGM terlambat, tidak transparan, dan cenderung menyalahkan penyintas. Konferensi pers akan dilakukan pada tanggal 6 atau 7 Desember 2018.

Cornelia Natasya, selaku narahubung aksi ‘Kita Agni’ menyatakan bahwa ia sangat kecewa dengan hasil diskusi tersebut, karena pihak Rektorat dianggap berlindung dibalik tim etik. “Kami sangat kecewa , dan rektorat berlindung di balik tim etik, dan tim etik berusaha membela . di titik itu kami kebingungan  menentukan bagaimana bisa mendorong kesana, tapi kami rasa poin 1 dan 2 bisa menghantar kita semua untuk dapat momentum berikutnya”

Tetapi menurut Natasya, dengan penandatanganan poin 1 dan 2, sudah bisa ditemukan titik terang atas penyelesaian kasus ini. Natasya menyebutkan bahwa, “Pada tanggal 6 akan diadakan pertemuan dari tim etik dengan Rektorat. Nah jadi tanggal segitu, ketika nanti kami menagih janji poin 1 dan 2, disitu kami bisa mengajukan semacam pengesahan tuntuntan yang sudah kita ajukan hari ini. seharusnya mereka tidak punya dalih lagi karena tanggal 6 tim etik sudah akan bertemu dan memprosesnya. “

Seperti yang sudah diketahui,gerakan ‘Kita Agni’ merupakan bentuk gerakan solidaritas. Akan tetapi, bentuk dukungan bisa saja menjadi masalah jika tidak sesuai dengan metode yang ada. Natasya memohon kepada para pendukung aksi ini dapat mengikuti aksi sesuai dengan metode yang ada. “Yang kami mohon adalah kalau ada teman-teman yang mendukung, tolong pedulikan kami yang di dalam (UGM) yang masih berjuang” tutup Natasya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *