Bedah Buku “Zaman Otoriter: Corona, Oligarki, dan Orang Miskin”

Oleh Nadhifa 

Buku bertajuk “Zaman Otoriter: Corona, Oligarki, dan Orang Miskin” karya Eko Prasetyo menjadi bahasan menarik yang dikupas oleh Social Movement Institute, Rabu (13/01) malam. Dibersamai oleh Asfinawati selaku ketua umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Ahmad Arif selaku pendiri platform Lapor Covid-19 untuk membahas lebih dalam buku ini.

Berawal dari keresahan Eko yang melihat transmisi virus covid-19 di Indonesia yang tak kunjung reda membawanya ke pembahasan lebih dalam mengenai respon pemerintah terhadap pandemi covid-19. Selain itu, menurut Eko adanya pandemi covid-19 menggagaskan sistem pemerintah Indonesia menuju era otoriter yang dapat membangkitkan new-orba. 

Hal ini dapat dengan mudah terjadi melihat setelah disahkannya Omnibus Law, kapitalisme di Indonesia kian merajalela yang mengakibatkan ketimpangan sosial antara kaum elite dan rakyat miskin semakin terasa, lantas menurut Eko,  situasi seperti ini memojokan rakyat miskin dikarenakan akses lahan pertanian menjadi terbatas dan lapangan kerja kian membatasi hak pekerja. 

Lebih lanjut Eko ingin mengajak para pembaca terkhusus kaum pergerakan untuk berpartisipasi dalam memperjuangkan kebebasan berpendapat tanpa takut teror yang mengancam, menegakan keadilan bagi rakyat miskin, mengembalikan prinsip etis politik yaitu pengorbanan komitmen dan perlindungan kepada mereka yang lemah dan tak berdaya, serta transparansi informasi mengenai pandemi covid-19.

Menanggapi buku Eko yang merujuk pada temuan YLBHI, Asfin menambahkan “Orba masih ada, hanya bermetamorfosis.” Menurutnya sedari awal pemerintah terlambat menangani kasus pandemi covid-19. Tidak adanya antisipasi dini kekarantinaan kesehatan, kosongnya penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat, dana bansos dipotong, hingga rakyat miskin terancam kehilangan pekerjaan adalah bentuk ketidaksiapan pemerintah menangani kasus pandemi covid-19. Sebaliknya, pemerintah justru gencar menaikkan laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini cukup mengingatkan kepada publik akan situasi orde baru.

Di sisi lain, Arif yang menanggapi dari sudut pandang penanganan pandemi covid-19 menyatakan bahwa kunci dari penanganan covid ialah dari kepemimpinan yang mengutamakan keselamatan masyarakat. Arif menyebutkan terdapat cara pencegahan dengan dilakukannya 3T yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Hasil survei mengindikasikan bahwa pemeriksaan dini yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia termasuk yang paling rendah dan kurang memadai dibandingkan negara Asia lainnya. Ia juga menambahkan siasat untuk melakukan pelacakan terhadap orang dengan atau tanpa gejala untuk diisolasi. 

“Pemerintah tidak konsisten dalam memerangi pandemi dan adanya buzzer anti sains dimana mereka membesarkan new normal atau hidup berdampingan dengan virus dengan cara yang salah, hal ini lah yang membuat masyarakat abai. Pemerintah juga gagal untuk memberikan info karena tidak transparan dalam penyampaiannya kepada masyarakat” ujar Arif (13/01) 

Selebihnya, menurut Asfin dan Arif buku ini mampu menggambarkan keresahan masyarakat dengan baik, merangkum hasil temuan baik dari YLBHI dan lapor covid-19, juga dapat mengkritisi kinerja pemerintah terhadap pandemi covid-19 di Indonesia. 

**

Foto: Kognisia/ Redaksi

Penyunting: Rayhana Arfa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *