Hiforiafest 2022: Peran Muda-mudi dalam Politik dan Diplomasi Publik
Oleh: Haidhar F. Wardoyo
Hiforiafest akhirnya dapat dilaksanakan tahun ini setelah sempat tertunda hampir satu tahun lamanya. Pergelaran akbar dari Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (Komahi) Universitas Islam Indonesia ini mengusung tema besar ‘The Generations of Game Changers‘. Bertabur pengisi acara skala nasional, Hiforiafest terbagi dalam dua agenda acara, yakni seminar yang diselenggarakan pada 13 Oktober 2022 dan konser musik pada tanggal 22 Oktober 2022.
Kamis lalu (13/10), pelaksanaan Hiforiafest hari pertama yaitu dengan seminar bertema ‘Youth Empowerment in Politics and Public Diplomacy’ berlangsung meriah. Dua sesi dengan beragam topik dan pembicara tersaji dengan cukup menarik. Ada Sujiwo Tejo yang mengisi topik mengenai budaya, Josefhine Chitra mengenai kesetaraan gender, serta Arga Dumadi membahas dialog politik dan jurnalisme.
“Kita memilih tiga pembicara dan tiga topik tersebut karena sesuai dengan konsentrasi dan mata kuliah yang kita pelajari di jurusan HI yang secara garis besar masih relate sama jurusan atau fakultas lain. Topik yang dibahas juga sesuai dengan concern masyarakat saat ini,” jelas Rayhan Rasyid selaku Ketua SC Hiforiafest 2022.
Sesi pertama dibuka dengan tarian jawa oleh Xaviera, sebelum memasuki kolaborasi dinamis antara penampilan musik dan diskusi budaya oleh Sujiwo Tejo. Melalui musiknya, Sujiwo mengenalkan bahwa budaya Indonesia memiliki potensi yang melimpah. Sebut saja tangga nada lokal yang ternyata sangat beragam, mulai dari Aceh, Jawa, Sunda, hingga Flores memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Alih-alih memanfaatkan potensi budaya ini, masyarakat lebih mengenal do re mi fa sol la si do sebagai sesuatu yang dekat dengan telinga dan jiwa mereka.
Sepanjang acara, Sujiwo Tejo menekankan mengenai relevansi budaya sebagai aset esensial perihal eksistensi suatu negara di ranah internasional. Sujiwo juga turut menekankan pada kuatnya power budaya ihwal identitas negara dan bagaimana budaya dapat mempengaruhi masyarakat global. Hal ini selaras dengan penampilan musik Sujiwo di sela-sela diskusi yang secara tidak langsung memaku diri para penontonnya, membenamkan pikiran dan mengunci tatap mereka agar terus khusyu memperhatikan.
Acara dilanjutkan dengan mekanisme diskusi paralel di mana dua pembicara disatukan dan dipandu oleh moderator dimulai setelah coffee break. Josefhine Chitra selaku Senior Manager Public Affairs di GoTo Group berbicara dan membuktikan bahwa kesetaraan gender memang harus diperjuangkan. Sementara itu, Arga Dumadi sebagai jurnalis TVOne menjelaskan mengenai pentingnya mempelajari dialog politik melalui dunia jurnalistik. Keduanya merupakan contoh generasi muda yang dapat membawa perubahan melalui bidangnya masing-masing.
“Pemerintah harus meregulasi dan membuat kebijakan agar budaya kita dapat disisipkan dalam setiap aspek kehidupan seperti musik atau film,” ungkap Sujiwo di tengah pembahasan mengenai eksistensi budaya luar negeri yang menjamur di sekitar kita.
Melalui seminar ini, peran pemuda menjadi semakin esensial dalam kemajuan suatu negara. Pemberdayaan pemuda melalui pendekatan budaya, menjunjung tinggi kesetaraan gender, serta pengetahuan luas terhadap politik dan instrumen yang menyertainya dapat menjadi kuncinya. Meskipun diadakan secara umum, nyatanya mayoritas yang hadir dalam seminar ini adalah generasi muda dengan kuota maksimum yang hampir terpenuhi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rayhan, “Pelaksanaan seminar ini momentumnya tepat dengan masuknya mahasiswa baru hubungan internasional dan menjadi ajang untuk memperkenalkan bahwa ini loh salah satu materi yang dibahas di HI,” tambahnya.
Meskipun diguyur hujan sepanjang acara, kendala teknis yang menyertai peralatan penunjang acara tak menjadi masalah besar. Rayhan mengungkapkan bahwa rangkaian acara Hiforiafest berjalan lancar dan sesuai dengan rencana awal. Ketua Komahi Muhammad Ihsan juga turut mengapresiasi jalannya seminar tersebut, “Panitia bisa mengeksekusi hari pertama, tetapi yang menjadi PR selanjutnya adalah bagaimana menuntaskan Hiforiafest hari kedua di tanggal 22 nanti.”
Penyelenggaraan acara seperti ini harus terus mendapatkan ruang dan dukungan, mengingat tingginya animo masyarakat dan mahasiswa, terlebih dalam lingkup FPSB itu sendiri. Hal ini harus selaras pula dengan adanya peningkatan kualitas dan penambahan kuantitas. Sebab, tak hanya meningkatkan daya intelektualitas saja, tetapi acara seperti ini juga dapat menjadi sarana pemberdayaan dan pendorong perubahan.
editor : Lulu Yahdini & Aurelia Twinka

