Hitam-putih Menstrual Cup, Sebuah Inovasi Ramah Lingkungan

Oleh Fadhlina Bernadicta

Mayoritas perempuan di Indonesia masih mengandalkan pembalut sekali pakai ketika datang bulan. Siklus menstruasi rata-rata terjadi selama 7 hari, sedangkan dalam sehari seorang wanita dapat menghabiskan 3-5 pembalut konvensional yang disposable. Setidaknya satu wanita telah menyumbang 252 limbah anorganik ini dalam setahun. Bayangkan, jika jumlah tersebut dikali seluruh wanita dewasa di Indonesia.

Selain itu pembalut wanita masuk dalam kategori limbah domestik B3 (Bahan Berbahaya Beracun) yang infeksius. Menurut Stockholm University, sampah pembalut memiliki waktu degradasi 2 kali lebih lama dari sampah botol plastik. Jika dibakar, akan menimbulkan masalah yang lebih serius karena bahan plastiknya menimbulkan dioksin yang merupakan senyawa karsinogenik penyebab kanker. Dioksin yang terserap dalam proses fotosintesis tumbuhan, dapat sampai pada manusia melalui rantai makanan. Oleh sebab itu, demi menyelamatkan alam di masa depan, manusia perlu beralih pada solusi alternatif yang setidaknya ramah lingkungan.

Salah satu solusi alternatif itu adalah menstrual cup. Benda yang mungkin tak asing lagi di telinga kita, namun masih sedikit pula yang menggunakannya. Sejatinya penggunaan cangkir elastis sebagai alat penampung cairan saat menstruasi sudah sejak satu abad lalu, dipatenkan oleh seorang aktris Amerika, Leona Chalmers pada tahun 1937. Ia memperkenalkan produk serupa berbahan lateks yang disebut Tass-ette. Kemudian memasuki tahun milenium, mulai dikembangkan menstrual cup dengan bahan medical-grade silicone yang anti-bakteri dan hypoallergenic sehingga lebih aman dan higienis. 

Di Indonesia sendiri, kehadiran menstrual cup masih seumur jagung, sebab mulai naik daun sekitar dua tahun lalu. Penggunaannya juga menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Salah satu faktornya adalah berbagai asumsi mengenai penggunaan menstrual cup yang berbeda dari konsep pembalut biasa dimana pembalut dan tampon bersifat menyerap, sedangkan menstrual cup bekerja sebagai penampung cairan. Selain itu pemakaian menstrual cup bersifat internal sehingga bagi sebagian orang hal tersebut menjadi kurang nyaman, terlebih bagi mereka yang belum menikah. Namun tenang saja, perkara ini tentu tak luput dari perhatian para inventor menstrual cup untuk terus mengembangkan produk yang nyaman bagi semua kalangan. 

Menstrual cup kini tersedia dalam berbagai ukuran yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing wanita. Terkhusus untuk remaja, dapat memilih menstrual cup dengan ukuran terkecil sampai dengan diameter 36mm dan panjang kurang dari 45mm yang cocok dengan plastisitas serviks pada usia tersebut. Sedangkan untuk orang dewasa yang belum menikah dapat memilih ukuran medium dengan rata-rata diameter 40mm, adapun wanita yang telah melahirkan normal dapat memilih ukuran yang lebih besar. Selain itu, dalam memilih ukuran perlu diperhatikan pula seberapa besar aliran menstruasi sehingga dapat disesuaikan daya tampungnya. Beberapa brand menyertakan keterangan berupa bahan dasar, ukuran panjang, diameter serta daya tampung sehingga mempermudah konsumen dalam memilih yang dirasa paling tepat dengan kenyamanan tubuh per-individu. 

Menjawab Gundah

Selain daripada poin diatas, mungkin masih timbul pertanyaan apakah pemasangan menstrual cup tidak akan mengganggu hymen. Hal tersebut agaknya lumrah mengingat nilai budaya dan moral agama di Indonesia yang masih-sangat-kental, mengaitkan keperawanan dengan utuhnya selaput dara. Perlu diketahui bahwa nyatanya standar keperawanan masih berbasis pada konstruksi sosial dimana setiap budaya di dunia punya definisi yang beragam. Sedangkan menurut kacamata medis, tiap individu memiliki karakter hymen yang berbeda. Ada yang dapat pecah akibat aktivitas fisik seperti split dan berkuda, namun ada pula yang cukup tebal sampai perlu operasi untuk menembusnya. Untuk itu, pemakaian menstrual cup tentu butuh pertimbangan matang, bila perlu dikonsultasikan dengan dokter obgyn untuk mendapat saran yang tepat mengenai pemilihan jenis dan metode pakai yang paling cocok dengan pribadi masing-masing. 

Menurut lansiran Orami Indonesia, menstrual cup memiliki beberapa keunggulan dibanding pembalut maupun tampon yakni: Efisien, mampu menampung lebih banyak cairan sehingga tidak perlu sering diganti bahkan sampai 12 jam. Kuantitas cairan tentu dapat berbeda tiap siklusnya, namun dengan begitu setidaknya kita dapat menghemat waktu di tengah padatnya kegiatan harian. Ekonomis, dibuat dari bahan silikon atau lateks membuatnya tahan hingga 10 tahun sehingga alokasi anggaran untuk membeli 2 bungkus per-bulan dapat disimpan untuk keperluan lain. Hal tersebut juga yang menobatkan menstrual cup sebagai produk sanitasi yang lebih ramah lingkungan dalam perkara mengurangi limbah berbahaya dari pembalut konvensional. 

Sejalan dengan tingkat efisiensinya,  studi yang dilakukan oleh Lancet Public Health pada 2019 membuktikan bahwa pemakaian menstrual cup mengurangi resiko kebocoran cairan dan kemungkinan iritasi yang rendah. Kita masih dapat melakukan olahraga intens bahkan berenang, tanpa perlu khawatir menstruasi menghambat itu semua. Hasil penelitian tersebut juga mengindikasikan pemakaian menstrual cup merupakan solusi tepat bagi mereka yang memiliki kulit sensitif dan sering mengeluhkan ruam akibat alergi bahan pembalut yang tidak cocok. Cairan yang ditampung tidak sampai menyentuh bagian luar, sehingga kulit lebih terjaga dari bakteri dan terhindar dari iritasi tentunya. 

Produk sanitasi reusable ini sejatinya aman dan nyaman bagi tubuh serta alam. Dengan memilih menggunakannya, kita dapat mengurangi beban ibu bumi menampung limbah domestik yang berbahaya bagi kelangsungan hidup di masa depan. Namun jika dirasa masih ragu, dapat pula mencoba beralih ke alternatif lain yaitu pembalut berbahan kain yang dapat dipakai ulang. Meski tidak sepraktis pembalut sintetis dan menstrual cup, setidaknya kita telah memulai usaha menyelamatkan alam sedini mungkin.


Penyunting: Citra Mediant


Rujukan Pustaka:

  1. Puspitasari, P. A. (2019). Mengolah Limbah Pembalut Sekali Pakai.Osf.io.10.31227/osf.io/9qtzp
  2. Prasetyaningrum, N. D. K., Joko, T., & Dewanti, N. A. Y. (2017). Kajian Timbulan Sampah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Tangga di Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(5), 766-775.
  3. Van Eijk, A. M., Zulaika, G., Lenchner, M., Mason, L., Sivakami, M., Nyothach, E., … & Phillips-Howard, P. A. (2019). Menstrual cup use, leakage, acceptability, safety, and availability: a systematic review and meta-analysis. The Lancet Public Health, 4(8), e376-e393.
  4. Pena, E. F. (1962). Menstrual protection. Advantages of the menstrual cup. Obstet Gynecol, 19(5), 684-687.
  5. Madziyire, M. G., Magure, T. M., & Madziwa, C. F. (2018). Menstrual cups as a menstrual management method for low socioeconomic status women and girls in Zimbabwe: a pilot study. Women’s Reproductive Health, 5(1), 59-65.
  6. Delita, Mentari. (2019). Mengenal Menstrual Cup, Apa Keuntungan dan Cara Menggunakannya? Dalam Orami Indonesia. Diambil dari https://www.orami.co.id/magazine/manfaat-mengenal-menstrual-cup/
  7. Hood, Marlowe. (2019). Menstrual Cups Safe, Practical and Cheap: Study. Dalam The Jakarta Post. Diambil dari https://www.thejakartapost.com/life/2019/07/17/menstrual-cups-safe-practical-and-cheap-study.html
  8. Brown, Victoria. (2017). Will Inserting a Tampon or Menstrual Cup Break the Hymen? Dalam Thestar.com.my. Diambil dari https://www.thestar.com.my/news/nation/2017/12/09/will-inserting-a-tampon-or-menstrual-cup-break-the-hymen
  9. Krithika. (2019). Myths About the Menstrual Cup. Dalam Medium.com. Diambil dari https://medium.com/@krith/myths-about-the-menstrual-cup-c52a2b625cec
  10. Menstrualcup.eco. (2020). Ultrasmall Menstrual Cup : The Smallest Cup You Can Buy. Dalam Menstrualcup.eco. Diambil dari https://www.menstrualcup.eco/blog/ultrasmall-menstrual-cups#:~:text=The%20smallest%20menstrual%20cup%20in,hold%20up%20to%2010%20ml 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *