September Berdarah: Pelanggaran HAM yang tak Kunjung Selesai

“Kami sudah lelah dengan kekerasan” Munir Said Thalib. 

Setahun silam kami berkunjung ke kamisan, orang-orang dengan pakaian serba hitam, diam mengitari tugu Yogyakarta. Beberapa hari lalu, masih di tempat yang sama, orang-orang itu mengenakan masker, membawa hand sanitizer, dan menjaga jarak. Situasi yang berbeda.

Kamisan ke-354 diselenggarakan guna merawat ingatan tragedi pelanggaran-pelanggaran HAM dengan tema “Andai aku korban pelanggaran Ham” yang merupakan serangkaian acara di dalam ‘September  Berdarah.’ Meski nomeklatur yang biasa disebut adalah September Hitam.

Menurut Fakhrurozi, salah satu koordinator Kamisan Yogyakarta. September Berdarah dan September Hitam tidaklah berbeda, sama-sama menggambarkan September yang kelam dan penuh tragedi pelanggaran HAM berat, terjadi di bulan september yang sampai saat ini tak kunjung menemui titik terang. September Berdarah juga menggambarkan bagaimana korban-korban pelanggaran HAM yang dibunuh oleh pihak-pihak yang memiliki kekuasaan. 

Di sisi lain, Kamisan Yogyakarta, melalui Fakhrurrozi, juga menyampaikan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparatur negara harus dihentikan, jika tidak hal  itu hanya akan menambah catatan hitam demokrasi di negri ini, dan juga mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahnya.

Beberapa pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di bulan september menurut Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) : 

  1. Pembantaian Massal 1965-1966 
  2. Tragedi Tanjung Priok 1984
  3. Tragedi Semanggi II 1999
  4. Pembunuhan Munir 2004 
  5. Reformasi Di Korupsi 2019.

Narasi dan Foto: Lina Sholawati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *