Goresan Ilmu dalam Kuas: Potret Ilmuwan Inspiratif dalam Pameran Sci-Art 8.0 2025

Oleh: Nabila Natasha E P & Zakana Istighfarna

Yogyakarta (29/06) – Banyak orang yang belum memahami bahwa seni dan sains bisa bersentuhan. Melalui Pameran Sci-Art 8.0 29 lukisan potrait para Ilmuwan berpengaruh karya Paul Hendro dipamerkan di tengah ruang bersejarah Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta.  Pameran ini dilangsungkan selama 6 hari pada 24-29 Juni 2025. Pameran ini merupakan proyek di bawah naungan Kemendikti Riset dan AIPI (Asosiasi Penelitian dan Ilmuwan Indonesia) yang mengusung tema kolaborasi dunia seni dan ilmu pengetahuan. 

Pagelaran ini direncanakan akan dipamerkan secara penuh di Galeri Nasional Jakarta untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia dengan memamerkan 80 tokoh ilmuwan berpengaruh dari berbagai bidang seperti: kedokteran, arsitek, hukum, teknik, biologi, hingga filsafat. Kurasi dilakukan oleh tim AIPI dan Kemendikti Riset. “Saya hanya melukis nama-nama yang sudah ditentukan dan saya hanya mencoba menangkap jejak kebesaran mereka lewat kuas dan kanvas yang saya bawa,” ujar Paul Hendro (29/06). 

Setiap lukisan dikerjakan dalam satu sampai tiga hari melalui riset intensif, terlebih lagi beberapa tokoh tidak memiliki referensi foto yang memadai dan arsip yang sulit ditemui. Bahkan, beberapa hanya bisa dirujuk melalui sketsa yang terhitung sudah tua dan minim resolusi. Proses penerjemahan visual ini menjadi tantangan tersendiri bagi Paul dalam menghidupkan lukisannya. 

Selain pencarian referensi, dari sisi pendanaan juga merupakan suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapinya, Paul mengaku sudah mengeluarkan dana lebih dari Rp. 32 juta untuk mengerjakan 38 lukisan yang sudah dilukisnya sejak mulai Februari 2025, “Selain pencarian referensi yang sulit, saya harus didukung untuk bisa lanjut ke target lukisan 80, kalau tidak ya saya berhenti di sini”. ujarnya. Paul juga melanjutkan, “Saya tidak mencari pasar, saya mencari makna dari balik lukisan-lukisan yang saya kerjakan ini.”

Sebagai dalang di balik indahnya kanvas-kanvas tersebut, bagi Paul hal ini bukan hanya sekedar pameran saja, tetapi bentuk apresiasi terhadap para ilmuwan yang berkontribusi terhadap perkembangan ilmu terutama di Indonesia. Paul Hendro juga menyebutkan bahwa beliau memilih teknik lukisan putih di atas hitam karena beliau menganggap ilmuwan sebagai cahaya yang menerangi zaman. “Putih di atas hitam sebagai makna saintis hadir sebagai cahaya,” jelasnya. Pameran ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya tapi juga dari segi para Ilmuwannya.

“Mereka ini juga berperang, tapi di medan intelektual. Sayangnya yang kita kenal selama ini hanya pejuang yang memakai senjata dan berkecimpung di dalam politik atau militer. Padahal mereka (ilmuwan) berjasa besar di dunia” tutur Paul (29/06).  Melalui pameran ini Paul berharap agar pemerintah dan masyarakat Indonesia lebih menghargai dan mengenal para ilmuwan baik yang berasal dari Indonesia maupun yang datang ke Indonesia  yang sampai saat ini masih sering luput dari mata publik. “Yang begini gak ada kalau dicari di buku sejarah”, lanjutnya. 

Paul berharap suatu saat Indonesia memiliki National Portrait Gallery tersendiri seperti yang ada di negara-negara maju sebagai wujud nyata penghargaan terhadap dedikasi dan kecemerlangan para ilmuwan ini. Inisiatif semacam ini tidak hanya akan mengabadikan jejak mereka, tetapi juga menginspirasi generasi mendatang untuk mengejar keunggulan intelektual.


Penyunting : Nazhifah Aulia Anwar

Grafis : Indah Damayanti

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *