Penanganan Covid-19 dan Mutasi – Mutasinya

Mengkaji Mutasi Covid-19 dan Penangannanya

Sabtu, (12/06) fakultas kedokteran mengadakan Seminar online seri 5 bertema Mutasi Virus COVID 19 dan Upaya Promotif Penanganan Covid-19. Dari tema besar tersebut dibagi menjadi dua topik pembahasan yang lebih terperinci. Diwali pembahasan dengan topik “Mutasi Covid-19, Berbahayakah?” dengan narasumber Dr.  dr. Farida Juliantina Rachmawaty M.Kes. Pembahasan kedua mengusung topik “Pilih Mana ya ? Mencegah Penularan atau Sakit Covid-19 ?” dengan narasumber dan Dr. Sunarto, M.Kes.

Dr Farida mengatakan “penyakit infeksi yang disebabkan oleh SARS Cov-2 atau Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus type 2. dan mungkin sudah banyak yang tahu bahwa ini ditemukan pertama kali di Wuhan, ini sangat terkenal di China pada 1 Desember 2019. dan WHO mengumumkan menjadi pandemi pada 14 maret 2020″. Penyakit ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terlebih sistem pernafasan manusia. Dampak dari virus ini membuat orang-orang yang terinfeksi dan mengalami kesulitan bernafas. Virus ini berbahaya karena dapat menyebar secara cepat dari satu orang ke orang yang lainnya. Penularan virus ini melalui percikan dahak atau droplet dan dapat dengan mudah terbawa udara. Sehingga jika seorang pasien Covid-19 berada dalam sebuah ruangan dengan sirkulasi udara yang buruk bersama beberapa orang, maka kemungkinan besar orang-orang dalam ruangan tersebut dapat terinfeksi. Dr Farida juga menambahkan bahwa virus SARS Cov-2 ini merupakan tipe virus RNA ss “ini merupakan virus RNA single-stranded. dan virus RNA merupakan tipe virus yang mudah berubah atau dalam hal ini bermutasi”

Tak cukup sampai disitu, tahun 2021 mulai bermunculan mutasi-mutasi penyakit Covid-19. Menurut Farida, Mutasi dapat terjadi karena tiga hal yaitu:

  1.       Kesalahan dalam penyalinan saat melakukan perkembangbiakan virus.
  2.       Terjadinya rekombinasi virus atau pertukaran genom dari virus yang berbeda.
  3.       System pengeditan oleh sel inang.

Mutasi ini terjadi secara acak dan tidak dapat diperkirakan. mutasi ini tidak juga selalu membuat virus menjadi lebih kuat. Menurut TP. Technical Report, 40% mutasi yang terjadi membuat virus mati, 29% menjadi lebih lemah, 4-5% menjadi lebih kuat dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya, serta 25-27% tidak terpengaruh dengan mutasi yang terjadi.

Lantas sesi pertama diskusi disudahi dengan beberapa kesimpulan. Pertama, semakin banyak yang terinfeksi Covid-19 maka semakin banyak pula mutasi virus tersebut. Kedua, dengan melakukan vaksin maka memperkecil terjadinya mutasi virus. Ketiga, perlu pencegahan agar virus tidak mendapatkan inang baru. Dan yang terakhir upaya pencegahan virus agar tidak mendapatkan inang berupa penerapan 5M. 5M adalah memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan. 

Diskusi berlanjut dengan topik kedua yaitu, “Pilih Mana ya ? Mencegah Penularan atau Sakit Covid-19 ?”.  Dr. Sunarto, M.Kes memulai diskusi dengan  memaparkan pertimbangan biaya yang dialokasikan negara untuk penanganan Covid-19. Alokasi anggaran Covid-19 di Indonesia pada awal tahun 2020 mencapai 700 Triliun. Bidang layanan kesehatan alokasi anggaran Covid-19 sekitar 87 Triliun. Lalu bagaimana sisanya ?. “Hal seperti ini yang seharusnya menjadi pertanyaan masyarakat. Bukan malah mempertanyakan kredibilitas vaksinasi” tutur Sunarto. 

Pandemi Covid-19 membuat pemerintah berada dalam situasi ‘bagai makan buah simalakama’. Bagaimana tidak ? terdapat dua sektor yang memerlukan perhatian khusus. Pemerintah harus memilih antara menyelamatkan sektor ekonomi atau sektor kesehatan. Jika kedua sektor tidak seimbang dapat menyebabkan kebocoran kasus Covid-19 yang berkepanjangan. Sunarto juga meminta audience untuk membuka mata mengenai penurunan SPM (standar pelayanan kesehatan)s “Dampak dari terlalu fokus ke pandemi layanan-layanan dasar yang lain menjadi berkurang. SPM puskesmas hanya mencapai 30%, begitu pula posyandu. Seharusnya kegiatan SPM kesehatan harus tetap berjalan 100% untuk menghindari penyakit lainya” jelas Sunarto.

Mengingat kembali terkait pemaparan oleh Farida Juliantina Rachmawaty. mengenai teori determinan kesehatan, Sunarto kemudian mengatakan bahwa pelayanan kesehatan bahkan menjadi faktor ketiga dalam berkembangnya Covid-19 dan masih lebih rendah dari faktor lingkungan dan perilaku dari masyarakat. Akan tetapi, terkadang masyarakat terjebak dengan berita yang diekspos pemerintah terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit dan membuat kesimpangsiuran. 

Keharusan yang dilakukan oleh pemerintah bukanlah dengan menyebarkan hal tersebut. Pemerintah harus lebih bijak seperti memberikan anggaran yang sesuai kepada rumah sakit, mengintervensi lingkungan secara ketat dari penyebaran kerumunan masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat agar dapat beradaptasi dengan keadaan pandemi Covid-19. “Jalan utama dalam menghindari semakin merebaknya Covid-19 ini dapat dengan mencegah bukan membasmi” ujar Sunarto.. 

Terdapat tiga tahapan perlindungan utama dan menjadi dasar penetapan oleh pemerintah kepada pelayanan kesehatan yaitu, mencegah (promosi kesehatan, skrining, pengaturan sarana 5M), mendeteksi dan merespon. Namun, perlu diketahui bahwa penanganan Covid-19 ini tidak semudah saat hanya dikatakan, penerapan secara nyata memiliki banyak tantangan baik dari HOAX yang bertebaran, pengetahuan yang kurang, dan meremehkan pandemi yang sedang berlangsung ini.

Oleh karena itu, kesimpulan yang dapat diambil dari diskusi kedua yaitu, Pertama, pemerintah tidak dapat memilih hanya satu sektor saja yang akan diselamatkan melainkan harus berusaha menyelamatkan kedua sektor tersebut. Kedua, bukan berarti pandemi Covid-19 menjadi satu-satunya fokus utama, tetapi SPM kesehatan menjadi suatu tanggung jawab besar yang juga harus dijalankan oleh pemerintah Indonesia. Terakhir, pemerintah, masyarakat maupun pelayanan kesehatan harus dapat mengatasi berbagai tantangan besar yang muncul dalam menerapkan pencegahan Covid-19.


Reporter dan Penulis: Maycha Afriana, Nova, Febriansyah

Editor: Rayhana Arfa. A


Tulisan ini merupakan karya Magang LPM Kognisia 2020/2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *