Harapan Herd Immunity Lewat Vaksinasi Massal, UII

Oleh Wahyu W. Syifa

Program vaksinasi yang diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 13/01/21, dimulai dengan suntikkan vaksin pertama yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo. Berdasarkan data nasional vaksinasi pada tanggal 16/6/21 pukul 12.00, terdapat 21,4 juta penduduk Indonesia yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama dan 11,8 juta penduduk Indonesia yang mendapatkan vaksin dosis kedua. Meskipun demikian, hal tersebut masih jauh dari jumlah yang ditargetkan oleh kementerian kesehatan, yaitu sebesar 40,3 juta penduduk Indonesia yang mendapatkan vaksin dosis pertama dan kedua. 

Bali menduduki peringkat pertama dengan cakupan vaksinasi dosis pertama terbanyak data per tanggal 13/6/21 yaitu sebesar 198,46 persen dari persentase provinsi di Indonesia. Peringkat kedua disusul oleh DKI Jakarta, sebesar 86,81 persen. Peringkat ketiga diduduki oleh Kepulauan Riau sebesar 82,77 persen. Tiga provinsi dengan cakupan vaksin dosis kedua terbanyak diduduki oleh Bali, sebesar 93,23 persen. Selanjutnya ada provinsi DKI Jakarta, sebesar 61,41 persen, dan Yogyakarta sebesar 54,04 persen. 

Seiring dengan digalakkannya proses pemberian vaksin secara massal, tenaga pendidik yang menjadi satu diantara empat kategorisasi penerima prioritas vaksin di Indonesia. Seiring dengan itu santer terdengar wacana untuk mengubah kebijakan kegiatan belajar dari rumah menjadi tatap muka pada bulan Juli 2021. “Vaksin untuk guru dan tenaga kependidikan kita targetkan selesai bulan Juni 2021, sehingga saat tahun ajaran baru pada Juli 2021 seluruh satuan pendidikan dapat menyediakan opsi PTM terbatas.” Hal  ini dijelaskan oleh Menko PMK Muhadjir Effendy melalui siaran Youtube di Chanel Kemendikbud RI. 

Harapan serupa juga diucapkan oleh Nadiem makarim, selaku Mendikbud melalui siaran Youtube berjudul Pengumuman Keputusan Bersama tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19. “Setelah pendidik dan tenaga kependidikan sudah vaksinasi lengkap, pemerintah mewajibkan satuan pendidikan menyediakan layanan PTM terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan dan masih ada opsi PJJ.” Ujar Nadiem. 

Pernyataan tersebut juga tercermin dari beberapa daerah dan instansi pendidikan yang sudah mulai untuk melakukan vaksinasi pendidik dan tenaga kependidikan, termasuk Universitas Islam Indonesia. Pada tanggal 30 Maret 2021, UII melaksanakan vaksinasi serentak yang melibatkan 2.239 orang, terdiri dari 1.939 pendidik dan 300 lansia. Terlebih, menurut Linda hal yang melatar belakangi vaksinasi ini adalah untuk memperoleh herd immunity atau kekebalan kelompok di sekitar kampus.

“ Kalau kita sudah luring paling nggak kita sudah ada sistem pertahanan pada 70 persen yang  sudah divaksin. Kemudian akan melindungi orang-orang demikian 30% yang mungkin karena sebab tertentu mereka tidak bisa divaksin jadi memang herd immunity itu tujuannya untuk memberikan perlindungan pada orang-orang yang tidak mendapatkan vaksin,” ungkap Linda Rosita, Ketua Vaksinasi UII (13/4).

UII mengelompokkan empat kategori peserta vaksinasi, yaitu dosen, tenaga kependidikan, pensiunan, dan orang lanjut usia (Lansia). Linda juga menjelaskan mengenai pertimbangan dalam pemilihan keempat kategorisasi tersebut.  “Ya yang pertama dosen jelas ya, karena berhadapan langsung dengan mahasiswa ya, penuh resiko, juga kemudian ada tugas-tugas keluar dan sebagainya, tendik juga begitu. Lansia itu memang sudah ada arahan dari pemerintah, lansia itu termasuk prioritas juga yang kelompok yang rentan artinya ya terhadap covid ini dan rentan juga ketika terkena covid. Dia akan mudah jatuh pada keadaan yang parah gitu ya pada keadaan yang masuk stadium yang berat gitu secara klinis sehingga dia termasuk keadaan prioritas gitu Mbak. Jadi memang sudah ada pakemnya Mbak.” Ujar Linda, dalam wawancara melalui google meet (13/04).

Keberhasilan penyelenggaraan vaksinasi tersebut tak terlepas dari proses administratif yang panjang. Berawal dari vaksinasi massal yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno, kemudian seluruh universitas di Yogyakarta saling bersinergi untuk mengajukan permohonan ke pihak L2DIKTI. Tidak adanya respon yang diberikan oleh L2DIKTI, Linda secara individu berinisiatif untuk langsung mendatangi Dinas Kesehatan provinsi. Setelah itu, Dinas Kesehatan meminta pihak UII untuk membuat surat permohonan terkait dengan vaksinasi untuk sejumlah pegawai UII. 

Saat sudah mendapatkan ‘lampu hijau’ dari dinas kesehatan, lantas dibentuklah tim vaksinasi UII dan diketuai langsung oleh Linda. Dalam prosesnya, tim vaksinasi UII juga melibatkan beberapa pihak Salah duanya adalah dinas kesehatan Sleman dan rumah sakit JIH. Pemberian syarat oleh dinas kesehatan Sleman, untuk membantu menaikkan capaian pemberian vaksinasi pada lansia, ternyata menjadi sebuah tantangan bagi UII untuk mencari jumlah lansia yang ada di sekitar lingkungan kampus. “Dinas memberikan syarat kepada UII gitu, pokoknya UII juga membantu loh ini capaian yang untuk lansia di Jogja sangat rendah nih, paling rendah kan di Indonesia  nomor 3 (Tiga) kalau nggak salah. Akhirnya kita dikasih jatah 300 lansia, kita disuruh cari lansia di sekitar kampus. Kita pontang panting juga tuh cari lansia 300 orang jumlahnya di sekitar kampus UII. Pokoknya harus lansia usia 60 tahun lebih dari 59 tahun. Ya dengan bantuan teman-teman dan semuanya gitu ya RT RW gitu ya Alhamdulillah tercapai.”

Vaksinasi melalui empat proses tahapan yang diasosiasikan menjadi empat meja dengan tujuan yang berbeda-beda. Pada meja pertama, peserta vaksin sudah mendaftarkan diri melalui media yang sudah disiapkan oleh pemerintah, yaitu pedulilindungi.id dan melakukan pengecekan tekanan darah. Pada tahapan kedua, peserta diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan, seperti riwayat penyakit, alergi, dan pengecekan kondisi kesehatan. Jika kondisi kesehatan dinyatakan baik oleh dokter, maka peserta vaksin memasuki tahapan ketiga untuk proses pemberian suntik vaksin. Saat peserta sudah diberikan suntikan, maka dapat melanjutkan ke tahap berikutnya.  Peserta diminta menunggu kurang lebih setengah jam, sebagai upaya preventif untuk melihat reaksi dari pemberian vaksin.  

Terlaksananya vaksinasi dosen dan tenaga kependidikan, memantik sebuah pertanyaan mengenai vaksinasi mahasiswa. Menanggapi hal tersebut, dr Linda menyampaikan bahwa ihwal itu merupakan tanggung jawab program pemerintah. “Ya semuanya kan tergantung program pemerintah Mbak ya, kayak anak sekolah aja kan anak sekolah kan akan masuk itu. Padahal mereka anak kecil ya lebih beresiko kan daripada yang pemuda.”


Penyunting: Citra Mediant

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *