Jogja Darurat Sampah, UII Bisa Apa?

Oleh: Birru Aisyah Shabrina

Penutupan TPST Piyungan sempat membuat geger warga Yogyakarta. Sebab, tempat tersebut menjadi lokasi pembuangan akhir bagi tiga daerah sekaligus, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Volume sampah yang kerap melebihi daya tampung lahan menjadi pertimbangan pemerintah setempat untuk melakukan penutupan sementara di TPST Piyungan. Penutupan sementara yang baru saja terjadi ini dilakukan selama 44 hari, dimulai dari tanggal 23 Juli hingga 4 September 2023. 

Pembengkakan sampah di Piyungan telah terjadi semenjak tahun 2018. Pemerintah berusaha melakukan berbagai cara untuk mengendalikan jumlah sampah yang berlebih. Salah satu cara yang dilakukan adalah pembatasan jumlah sampah yang masuk ke TPA Piyungan. Semula total jumlah sampah yang masuk dari ketiga daerah bersangkutan adalah 800 ton, kemudian dikurangi menjadi 400 ton dengan pembagian yang adil.

Universitas Islam Indonesia juga menjadi salah satu penyumbang sampah ke TPA Piyungan. Sebab, wilayah kampus masih termasuk ke dalam lingkup daerah Kabupaten Sleman. Masalah tutupnya Piyungan hingga darurat sampah oleh warga UII sudah terdengar kabarnya hingga rektorat. Tak hanya diam, beberapa usaha telah diluncurkan untuk menangani kasus sampah di UII. 

Penindakan Sampah di UII Selama TPST Piyungan Tutup

Secara umum, penanganan sampah di UII terbagi urusannya oleh dua pihak. Pihak rektorat kampus dan rumah tangga setiap fakultas. Rancangan program atau gerakan awal penanganan sampah dapat dimulai dari pihak manapun. Jika program tersebut berjalan lancar, maka program tersebut akan dilanjutkan untuk keseluruhan kampus. Pihak rektorat UII, sudah mencanangkan beberapa ide sejak masa covid-19, salah satunya adalah pengurangan penggunaan botol dan gelas plastik.

“Karena covid-19 kemarin, kita sudah tidak pernah atau memfasilitasi lagi minuman dengan kemasan gelas atau botol plastik ketika rapat. Kalau dulu biar mengurangi penularan virus, sekarang dilakukan agar mengurangi sampah yang berimbas ke TPA Piyungan,” ungkap Pak Cahyo selaku direktur sarana dan prasarana UII (4/10). 

Pengurangan botol dan gelas plastik diakui belum sepenuhnya berjalan untuk semua warga atau tamu UII. Namun, Pak Cahyo menambahkan bahwa terdapat program lain yang telah dilaksanakan untuk mengurangi pemakaian barang plastik. Program tersebut adalah himbauan kepada para staf UII untuk membawa tumbler sendiri atau menggunakan tumbler yang telah disediakan.

“Untuk tamu dari luar atau tamu dari fakultas yang berkunjung untuk rapat kita masih kasih botol minum plastik. Tapi, untuk staf di sini kita tidak pernah lagi menyediakan gelas kertas atau plastik. Sebagai gantinya untuk ke depan itu kita sudah menyediakan tumbler dan dispenser seperti di bandara itu,” sambung Pak Cahyo (4/10).

Tak hanya untuk rekan rektorat atau tamu luar, dispenser juga disediakan di tiga tempat agar mahasiswa juga dapat menggunakannya. Seperti di dekat tangga menuju Masjid Ulil Albab, GOR, dan perpustakaan UII. Termasuk di beberapa fakultas, program ini sudah berjalan cukup lama untuk membantu pengurangan sampah plastik. Salah satunya di FPSB, dispenser minum ini terletak di beberapa titik bagian luar kelas dan ada di setiap lantai gedung.

Solusi Baru Menuju Kampus Sehat

Jika satu masalah ditemukan solusinya, maka tersisa masalah lain yang harus dipecahkan. Setiap fakultas UII memiliki kantin yang berfungsi sebagai fasilitas penunjang dan sarana komersil. Tak dapat dipungkiri, keberadaan kantin juga berdampak pada jumlah sampah di UII. Pak Cahyo menegaskan bahwa kampus segera mencanangkan program kampus sehat.

Program baru ini berfokus untuk memilah jenis makanan berdasarkan gizinya, serta penyortiran kemasan makanan. “Kemarin itu, ada rencana dan rencana ini sudah kencang. Jadi kalau misalnya ada kantin, rencananya akan dipisah makanan yang sehat atau tidak. Termasuk bungkusnya. Selain itu, untuk pemilahan sampah ketika selesai acara kampus dari staf kebersihan UII juga sudah punya program sendiri untuk memilah sampah-sampah yang masih bisa didaur ulang,” pungkas Pak Cahyo (4/10).

Pihak rektorat UII belum mengeluarkan himbauan atau kebijakan resmi mengenai program-program yang berjalan. Namun, dari pihak fakultas seperti FPSB sudah beberapa kali mengeluarkan himbauan membawa tumbler sendiri agar mengurangi masalah baru setelah TPST Piyungan ditutup sementara. Himbauan tersebut dapat dilihat pada postingan instagram @daaupdate pada tanggal 29 Agustus dan 15 September 2023. 

Menilik begitu banyak barang yang berpotensi menjadi sampah setelah digunakan. Ada baiknya untuk lebih memperhatikan hal kecil yang berdampak besar. Mengenyam pendidikan tinggi seharusnya membantu untuk berpikir lebih bijak. Tidak harus menyelamatkan bumi, membuang sampah pada tempatnya juga dapat menyelamatkan ekosistem kecil yang tidak disadari. 


Penyunting: M. Athaya Afnanda

Grafis: Zaid Hafizhun Alim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *